Jakarta –
Bullying saat ini sedang menjadi perbincangan di seluruh kalangan dunia kedokteran Indonesia, khususnya di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Apakah ini berhasil untuk pasien?
Ainya, 29, seorang pekerja swasta di Jakarta Selatan, mengatakan maraknya pelecehan terhadap dokter sedikit mengkhawatirkannya. Oleh karena itu, ia tak menyembunyikan bahwa dirinya tak ragu dalam berobat.
“Saya takut berobat karena keresahan para dokter. Kalaupun mau berobat, meski mahal, saya akan berobat ke rumah sakit swasta yang “ternama”,” kata Ainiya. detikcom, Selasa (20/8/2024).
Ainiya mengaku sempat mewaspadai rumah sakit dan dokter selama menjalani perawatan. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah ini adalah almamater tempat dokter tersebut dididik.
“Kemarin saya rencana ke dokter kandungan, biasanya saya pilih rumah sakit. Sekarang saya lihat dokter mana yang selesai dulu,” kata Ainya.
Lain halnya dengan Irwan, 43, pekerja swasta di Jakarta Selatan. Ia mengaku memilih dokter saat berobat, namun tidak berdasarkan rumah sakit atau almamater. Dia mendasarkan pilihannya pada rekomendasi orang lain yang lebih dia percayai.
“Hari ke 5 saya berencana operasi hidung. Alhamdulillah ada tetangga yang kenal dengan saya, dan dokter yang merawat saya juga yang merawat saya,” kata Irvan yang khawatir dengan meluasnya penyakit tersebut. berita. Tentang intimidasi di kalangan dokter.
Irvan mengaku tak ada masalah dengan lemari dokternya juga. Menurutnya, semakin banyak pasien yang dimiliki seorang dokter, maka semakin kompeten pula dokter tersebut.
“Tidak masalah (di kampus mana dia lulus), menurut saya yang penting adalah pengalaman, harga, dan sikap berapa lama dia menjadi dokter,” ujarnya.
Sementara itu, Figu, 33, seorang pekerja swasta di Jakarta, tak perlu khawatir dengan pendidikannya saat berobat ke dokter. Menurut dia, pengalaman kerja dokter harus lebih diperhitungkan saat seleksi.
“Saya tidak terlalu peduli dengan beberapa kampus karena mahasiswa adalah perhatian utama,” kata Figu.
“Bisa juga dilihat berapa lama dia menjadi dokter dan di rumah sakit mana dia bekerja,” ujarnya.
Saksikan video “Bullying di lingkungan PPDS hendaknya menjadi momen perbaikan sistem” (dpy/up).