Jakarta –
Menteri Koordinator Perhubungan dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mendorong maskapai asing masuk ke Indonesia. Apa alasannya?
“Sekarang kami ingin mendorong masuknya penerbangan asing, tapi akan kami kelola,” kata Luhut usai memimpin konferensi misi Indonesia-OceanX di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (15/5/2024).
Untuk menggaet maskapai asing ke Indonesia, Luhut bahkan menyebut akan memperbolehkan mereka menjadi pemegang saham mayoritas maskapai yang beroperasi di Indonesia.
“Misalnya dulu ada aturan bahwa (asing) tidak boleh mayoritas. Kalau Anda (investor lokal) tidak bisa memenuhi, kok rakyat menderita? Pariwisata kita hancur kan? mereka memiliki mayoritas,” katanya.
Keputusan jadul yang dimaksud Luhut adalah Presiden No.
Berdasarkan Perpres DNI yang sudah tidak berlaku lagi, penyertaan modal asing pada maskapai penerbangan dalam negeri dibatasi maksimal 49 persen. Pembentukan modal nasional harus lebih besar dari jumlah pemilik modal asing (pluralitas satu).
Luhut kemudian mengatakan, keinginannya agar orang asing masuk ke industri penerbangan Indonesia didasari oleh keluhan wisatawan asing. Saat itu, kata dia, ada penumpang Garuda Indonesia asal Jepang yang mengeluhkan minimnya penerbangan di Tanah Air. Meski banyak pelancong udara menginginkan perjalanan ini.
Luhut mengatakan dengan hadirnya negara asing dalam operasional maskapai dalam negeri, maka maskapai dalam negeri harus bersaing. Situasi saat ini membuat masyarakat harus mengeluarkan banyak biaya perjalanan.
“Seperti (maskapai penerbangan) Garuda sekarang, penumpang eks dari Jepang mengeluh. Banyak yang mau naik, pesawatnya kurang, mau jalan ke mana, akhirnya mahal,” ujarnya.
Soal penerbangan juga sempat disinggung Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pada November tahun lalu. Saat itu, Erick mengatakan, salah satu penyebab harga tiket pesawat masih mahal pasca mewabahnya Covid adalah jumlah penerbangan yang masih sedikit.
Kalau bicara jumlah penerbangan saja tidak cukup, Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi) bilang 440 (penerbangan), kebutuhannya 700 (penerbangan), makanya tiketnya masih mahal, kata Erick. Kantor Menteri BUMN, Kamis (23/11).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mengungkapkan jumlah penerbangan yang beroperasi di Indonesia mengalami penurunan signifikan. Faktanya, suku cadang pesawat jumlahnya terbatas. Sebab, industri penerbangan belum sepenuhnya pulih dari Covid-19. Jika dulu ada 650 pesawat yang beroperasi, kini hanya 400.
***
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di CNN Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, klik di sini. Saksikan video “Luhut Bahas Pesan Soal Toxic People: Carilah Mereka yang Bisa Sukses” (fem/fem)