Jakarta –
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) kembali menggelar pertemuan dengan eksportir besar asal Jawa Tengah. Acara tersebut bertujuan untuk memperkuat investasi dan mendukung pertumbuhan eksportir Jawa Tengah.
“LPEI mendukung pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor dengan memberikan fasilitas seperti business match untuk memperluas peluang menjangkau pembeli internasional melalui cara tradisional dan digital.” ) dinyatakan dalam.
Kabar tersebut disampaikannya pada acara “Forum Ekspor LPEI 2024” yang digelar di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (7 Maret) lalu. Forum yang mengusung tema “Tinjauan Pasar Ekspor Produk Unggulan Jateng” ini diselenggarakan LPEI bekerja sama dengan Kementerian Keuangan DJPPR, Bea Cukai Jawa Tengah, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah.
Jawa Tengah merupakan wilayah ekspor terbesar kelima di Indonesia dan tidak hanya merupakan pusat manufaktur tetapi juga merupakan penggerak ekonomi penting dari sektor ekspor.
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari pentingnya peran eksportir, khususnya eksportir usaha kecil dan menengah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini terdapat 2.261 eksportir di Jawa Tengah, dimana 1.897 eksportir memiliki volume ekspor kurang dari 50 miliar rupiah, dan 296 eksportir memiliki volume ekspor kurang dari 50 miliar. rupiah, terdapat 68 eksportir dengan volume ekspor kurang dari 5 miliar rupiah. Miliar. Lebih dari Rp 500 miliar.
Dalam sebaran ekspor Provinsi Jawa Tengah, beberapa produk utama seperti pakaian dan aksesoris bukan rajutan (20,18%), pakaian dan aksesoris rajutan (12,24%), alas kaki (11,01%), kayu dan produk kayu (9,98%) mendominasi status. . dan furnitur, lampu dan perlengkapan penerangan (7,20%).
Diversifikasi ini menunjukkan kemampuan Jawa Tengah dalam menghasilkan beragam produk yang dibutuhkan pasar internasional.
Di sisi lain, Amerika Serikat merupakan eksportir terbesar Jawa Tengah dengan tingkat kontribusi sebesar 30,43%, disusul Tiongkok (7,66%), Jepang (6,51%), Singapura (6,49%) dan Belanda (5,6). %).
Selain itu, jumlah pembeli yang bekerja sama dengan eksportir Jawa Tengah terus meningkat, dimana 22,25% diantaranya merupakan pembeli setia. Hal ini menunjukkan kuatnya hubungan perdagangan antara Jawa Tengah dan banyak negara ekonomi besar dunia serta pembeli internasional, serta kepercayaan terhadap produk-produk Jawa Tengah.
Rini Satriani, Kepala Market Intelligence dan Lead Management LPEI, menganalisis pertumbuhan ekspor Jawa Tengah akan tetap stabil hingga tahun 2025, didukung oleh beberapa produk unggulan.
“Pada tahun 2024, beberapa produk memiliki potensi ekspor yang sangat besar, antara lain produk kayu senilai US$2,2 miliar, produk furnitur senilai US$2,3 miliar, serta produk kecantikan dan minyak atsiri senilai US$1,4 miliar,” ujarnya.
LPEI juga menjelaskan kapabilitas dan dukungan LPEI terhadap ekspor UKM. Mereka disebut memenuhi syarat untuk PKE UKM yang dirancang untuk UKM berorientasi ekspor, PKE Regional untuk pasar tujuan negara non-tradisional dan berbagai skema khusus penyerahan ekspor (PKE) berdasarkan profil atau karakteristik ekspor yang ada. Program Pembiayaan Perdagangan dan Pertukaran Perdagangan PKE.
Hingga Juni 2024, LPEI tercatat menyerap pembiayaan PKE regional sebesar Rp4,247 miliar, mengekspor ke lebih dari 40 negara, PKE trade financing sebesar Rp8,187 miliar, mengekspor ke lebih dari 55 negara, dan PKE UKM hingga Rp1.058. Pangsa ekspor mencapai miliaran dolar, mengekspor ke lebih dari 65 negara.
Salah satu pelaku usaha yang memperoleh pendanaan PKE LPEI adalah Margono Paper, produsen kertas bermotif halus atau berwarna yang mengekspor 90% produknya ke 50 negara di lima benua. Pendanaan PKE regional dari LPEI akan membantu Margono Paper mengembangkan bisnisnya dengan mengikutsertakan negara-negara eksportir non-tradisional.
Sementara itu, Direktur Ekspor PT Margono Paper Ferianthi Chandrantha mengatakan Margono Paper membutuhkan tambahan modal kerja karena kuatnya permintaan global terhadap kertas budaya.
Hal ini disebabkan oleh ditutupnya pabrik kertas maju di Eropa dan China akibat pandemi COVID-19. Hal ini memberikan peluang bagi Margono Paper untuk memperluas dan mengekspor secara berkelanjutan ke negara-negara baru.
“LPEI menawarkan beragam produk untuk membantu pelaku usaha yang berorientasi ekspor. Dukungan pembiayaan LPEI dapat meningkatkan daya saing perusahaan yang melakukan ekspor ke pasar global, termasuk negara non-tradisional. Dengan suku bunga yang sangat kompetitif, kita dapat memperlancar arus kas dan pembelian bahan baku , mengumpulkan dana untuk akuisisi, yang pada akhirnya akan memacu inovasi dalam perusahaan dengan menambahkan variasi pada produk lainnya.”
LPEI juga mengadakan pertemuan dengan pelaku UKM di Yogyakarta pada Sabtu (7 Juni). Pertemuan yang juga dihadiri pimpinan KADIN Jawa Tengah ini bertujuan untuk membantu UKM dan eksportir bersiap mengakses platform digital yang sedang disiapkan LPEI.
“LPEI berkomitmen membantu produk lokal Indonesia memasuki pasar internasional dan mendorong berbagai produk Indonesia go global. Melalui Program Pelatihan Eksportir Baru (CPNE) dan Desa Devisa, LPEI terus mendampingi dan membina eksportir baru serta memperkuat ekspor,” katanya. “Pasar yang dirancang khusus sedang dipersiapkan untuk memfasilitasi dan mengakses layanan dalam ekosistem ekspor, yang akan mendorong bisnis berorientasi ekspor untuk go global”.
Selain itu, Makin menjelaskan, pasar akan membantu UKM dalam mengambil keputusan di bidang ekspor, memanfaatkan informasi berbasis teknologi digital untuk mempelajari data dan meningkatkan kinerja ekspor.
Melalui terobosan digital ini, LPEI juga akan mendorong perusahaan ekspor terkemuka di Jawa Tengah untuk mengembangkan program pelatihan bagi mereka dan timnya.
Temuan studi ini akan membantu pembuat kebijakan dan regulator meningkatkan ekosistem ekspor bagi UKM dan bisnis lainnya. Hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan ke negara-negara berkembang lainnya yang memiliki struktur ekonomi dan sistem hukum serupa.
(Bahasa inggris)