Jakarta –
Frank Lampard mengakui bahwa periode keduanya sebagai pelatih Chelsea terasa lebih seperti seorang caretaker dibandingkan seorang pelatih. Namun, ia belajar banyak hal dari situasi sulit ini.
Pria berusia 46 tahun itu baru-baru ini ditunjuk sebagai manajer Coventry City, yang bermain di divisi kedua Liga Premier. Ini merupakan pekerjaan pertamanya sejak meninggalkan Chelsea pada akhir musim 2022-23.
Saat itu, ia ditunjuk sebagai direktur menggantikan Graham Potter yang dipecat. Namun, berbeda dengan musim pertama yang masih mencatatkan rekor bagus tanpa gelar, musim kedua Lampard justru membawa bencana.
Hanya satu kemenangan yang diraih dalam 11 pertandingan. The Blues juga sudah delapan kali kalah, termasuk dua kali melawan Real Madrid di Liga Champions. Citra legenda ini telah rusak.
Namun saat itu Chelsea sedang dalam proses perpindahan kepemilikan dari Roman Abramovich ke Todd Boehly dkk. Situasi internal tidak baik. Seiring dengan tim gemuk dan pelatih yang berganti empat kali, performa di lapangan pun menjadi tidak stabil.
Bersama Lampard, Chelsea akhirnya finis di peringkat 12 Liga Inggris, terburuk dalam 25 tahun. Ia kemudian digantikan oleh Mauricio Pochettino yang kini juga telah hengkang dan digantikan oleh Enzo Maresca.
“Pekerjaan saya saat itu seperti anak-anak. Saya belajar banyak hal – bukan dalam situasi kepelatihan, bukan pekerjaan kepelatihan, tapi ‘menjaga anak’ selama masa transisi,” kata Lampard dalam konferensi pers pertamanya sebagai Coventry. . manajer, dikutip dari Athletic.
Saya belajar bahwa jika Anda tidak mendapatkan tempat yang tepat maka akan sangat sulit untuk menang, dan Chelsea punya perubahan.
“Sekarang, seperti yang Anda lihat, lingkungan sedang berubah dan Anda bisa melihat hasilnya,” tegas mantan manajer Chelsea itu.
Berbeda dengan saat masih menjadi pemain, karier Lampard sebagai manajer sejauh ini biasa-biasa saja. Prestasi terbaiknya adalah menjadi runner-up Piala FA 2020 bersama Chelsea. (adp/krs)