Jakarta –
Turbulensi maut yang dialami penumpang penerbangan Singapore Airlines mencuri perhatian dunia. Kebetulan ada petugas medis dalam penerbangan tersebut.
Dilansir BBC, Sabtu (25/5), Toby Pearl, seorang pekerja medis asal Wales, menjadi salah satu penumpang SQ321. Dia terbang bersama temannya, Liam James-Morris.
Pearl sedang dalam perjalanan ke Cairns, di Australia utara untuk liburan satu tahun. Sementara James-Morris berencana mengambil cuti 3 bulan setelah mendapatkan gelar di bidang nutrisi olahraga.
Mereka menaiki pesawat pada pukul 22.00 waktu setempat dari Bandara Hetahrow, Inggris. Setelah 10 jam penerbangan, pesawat dilanda turbulensi hebat di Samudera Hindia.
“Saat tanda sabuk pengaman dipasang, langsung terjadi gejolak, tidak ada yang sempat bereaksi, makanya menurut saya banyak yang terluka,” ujarnya.
Sabuk pengaman Pearl dan beberapa penumpang lainnya dilepas, tidak seperti James-Morris yang selalu memakainya. Akibatnya Pearl terlempar ke udara bersama dengan gerobak makanannya.
Dia terlempar dan mendarat di atas penumpang lain, beberapa baris di belakang. Dalam waktu 30 detik setelah agitasi, mereka mendengar defibrilator eksternal otomatis (EAD) berteriak minta tolong.
Sebagai dokter yang bertugas di Rumah Sakit Llanarth Court, ia menghadiri pertolongan pertama untuk Geoffrey Kitchen yang diduga menderita serangan jantung. Tak hanya itu, ia melakukan CPR bersama dokter dan perawat.
“Saya punya pengalaman di bidang kesehatan, tapi ini adalah sesuatu yang biasanya tidak Anda lihat,” ujarnya.
Ia mengatakan para dokter membantu memeriksa orang lain yang terluka, namun hanya dialah satu-satunya yang melakukan CPR selama 30 menit di Dapur, meski keributan masih berlangsung. Dia tidak bisa mendapatkan shock rate pada AED, sehingga Kitchen meninggal sebelum pesawat mendarat.
“Dokter memastikan dia meninggal, yang tentu saja merupakan keputusan yang sangat sulit karena istri pria tersebut duduk di barisan belakang dan melihat semuanya,” jelasnya.
Di sisi lain, James-Morris melihat betapa berdedikasinya Pearl di tengah gejolak tersebut. Pearl tidak peduli jika dia terluka, tapi pertama-tama bantulah penumpang lainnya.
Saat pendaratan dilakukan, James-Morris dan tenaga medis lainnya mulai berbincang dengan para penumpang yang masih hidup untuk membentuk komunitas dan saling membantu. Singapore Airlines pun mengambil tanggung jawab dan membawa penumpangnya dengan selamat beberapa jam setelah pendaratan darurat di bandara Bangkok.
Saksikan video “Pernyataan Belasungkawa CEO Singapore Airlines atas Insiden Turbulensi” (bnl/bnl)