Jakarta –
Read More : Rayakan Hari Kemerdekaan RI dengan Promo BRI, Raih Cashback hingga 79%!
Tuyul merupakan salah satu makhluk halus yang diyakini banyak masyarakat Indonesia. Mereka percaya bahwa mereka dapat mencuri uang dan barang lainnya dari rumah ke rumah dari bos yang mereka sayangi. Tapi kenapa ‘binatang buas’ ini tidak ada di bank?
Ada yang beranggapan bahwa desain tuyul tidak cocok dengan benda yang terbuat dari logam, sehingga angka luar biasa ini dapat melindungi para bankir yang menyimpan uang di tempat yang aman. Ada yang mengatakan bahwa setiap bank memiliki ‘penjaga’ tak kasat mata yang lebih kuat dari para tuul tersebut.
Namun, ini adalah keyakinan bahwa kenyataan tidak dapat diverifikasi. Nah untuk mengetahui alasan sebenarnya mengapa tuyul tidak bisa dicuri dari bank, kita perlu melihat asal muasal makhluk tersebut.
Menurut detikcom, keberadaan tuyul pertama kali dikaitkan dengan kekuatan ekonomi pada masa penjajahan Belanda. Padahal, periode tersebut bertepatan dengan masa kemandirian ekonomi yang diraih Belanda pada tahun 1870-an.
Pemberdayaan ekonomi merupakan kebijakan pengganti pertanian paksa yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meskipun sayangnya tidak semua orang dapat memperoleh manfaat dari proses ini. Sebab pada akhirnya hanya segelintir orang yang mendapat manfaat dari undang-undang ini.
Dalam buku ‘Perekonomian Indonesia 1800-2010’ (2012) karya Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks dijelaskan bahwa undang-undang liberalisasi ekonomi memunculkan pemerintahan kolonial baru. Salah satunya dengan mengakuisisi lahan pertanian rakyat untuk dijadikan perkebunan besar dan pabrik gula.
Faktor-faktor ini membuat para pedagang, baik lokal maupun Tionghoa, bisa menjadi orang kaya baru dalam waktu singkat. Sementara itu, penghidupan petani masih bergantung pada hasil pertanian dan tidak bisa ditingkatkan.
Faktanya, sejak reformasi ekonomi Belanda, para petani menyadari bahwa jalan menuju kekayaan harus jelas dan transparan. Namun, hal ini tidak berlaku bagi mereka yang cepat kaya.
Terkait hal tersebut, George Quinn dalam buku ‘An Excursion to Java’s Get Rich Quck Tree (2009)’ menjelaskan bahwa permasalahan ini membuat para petani mempertanyakan sumber kekayaannya. Ketika para pedagang tidak dapat memberikan tanggapan, para petani segera menagih uang yang dicuri tersebut.
Hal ini ditambah dengan kepercayaan mistik yang masih sangat kuat pada saat itu. Kemudian, para petani menyadari bahwa makhluk tak kasat mata seperti tuyul sedang membantu mereka untuk bangun.
Mereka dituding menggunakan cara haram dan tuyul untuk meraup kekayaan. Oleh karena itu, para saudagar dan saudagar sukses di masyarakat memandangnya dan menganggapnya hina, padahal semua itu terjadi karena adanya perubahan kebijakan kolonial Belanda.
Sementara itu, dalam buku ‘Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyai dalam Budaya Jawa’ yang ditulis Clifford Geertz, ia berpendapat bahwa tuyul adalah orang dalam keyakinan Jawa yang tidak bisa diungkapkan oleh dunia.
Sebelum menulis bukunya, Geertz meneliti sebuah kota kecil di Jawa Timur bernama ‘Mojokuto’. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa banyak orang yang memaknai gambar tuyul sebagai makhluk sederhana seperti anak kecil, tidak menyakiti, menakut-nakuti, atau melindungi mereka, namun banyak orang yang menyukainya karena dapat menafkahi mereka.
Ada banyak cara untuk ‘bekerja’ dengan orang, salah satunya adalah dengan berpuasa dan bermeditasi. Selanjutnya kita perlu membuat kesepakatan dengan Iblis. Mereka dapat menemukan alat dan menggunakannya untuk keuntungan mereka sendiri. Sayangnya, Geertz menjelaskan belum ada penelitian tertulis yang membuktikan hal tersebut namun teorinya hanya dari mulut ke mulut.
“Jika orang ingin kaya, Anda bisa menyuruh mereka mencuri uang,” tulisnya.
Menurut teori-teori tersebut, pada akhirnya tuyul tidak mencuri uang di bank dan bukan karena alasan khusus seperti takut logam atau kehilangan ‘wali’. Namun karena tuyul sendiri muncul karena keserakahan ekonomi pada zaman dahulu, keberadaan makhluk ini masih menjadi tanda tanya.
Perlu diingat kembali nih sobat, bisa jadi hal tersebut hanya mitos karena belum terungkap kebenarannya.
(fdl/fdl)