Jakarta –

Para ekonom mengingatkan melemahnya nilai tukar rupee terhadap dolar AS akan menyebabkan kenaikan harga pangan, salah satunya kedelai karena sebagian besar produk tersebut berasal dari luar negeri atau disebut impor. Bagaimana kondisi di kamp tersebut?

Detikcom mengunjungi beberapa pengrajin tahu dan tempe di kawasan Mampang, Jakarta Selatan pada Senin (22/4). Menurut mereka, harga kedelai masih stabil dan normal.

Pengrajin pertama adalah Agus (46) dari Pabrik Tahu Sumber Rezeki. Agus menjelaskan, harga kedelai masih berkisar Rp 1,1 juta per 500 kg. Artinya, satu kilo kedelai tersedia dengan harga Rp 11.000/kg.

“Rp11.000/kg, seperlima Rp1.100.000. Ini belum naik, masih normal,” kata Agus kepada detikcom, Senin (22/4/2024).

Oleh karena itu, Agus menjelaskan, saat ini ia menjual papan tahu seharga Rp 35.000. Ia menjelaskan, harga tersebut masih wajar dan belum ada manipulasi seperti dipotong menjadi ukuran lebih kecil.

Saat ditanya pendapatnya apakah bisa terpeleset karena pelemahan rupee terhadap dolar AS, dia mengaku akan ikut saja.

“Kalau harga kedelai naik, kita tambah saja,” ujarnya.

Pengrajin tahu lainnya, Charido (58) dari Pabrik Tahu Jaya Lalu juga memberikan keterangan serupa. Seperlima kedelai saat ini dijual Rp1.100.000, sedangkan satu kilogram kedelai dipatok Rp11.000.

Menurut Charido, harga kedelai yang saat ini dijual Rp 11.000/kg juga mengalami penurunan. Sebab, jelasnya, pada bulan Ramadhan terakhir, harga kedelai dijual Rp 11.400/kg yakni Rp 1.400.000 seharga 500 ISK.

“Dari puasa sampai sekarang harganya turun, kalau dulu Rp 1,4 juta perlima berarti Rp 11.400/kg, tapi sekarang Rp 11.000/kg. Makanya dikatakan turun,” jelasnya.

Ia sendiri mengaku tak khawatir dengan dampak kenaikan harga kedelai akibat melemahnya nilai tukar rupee terhadap dolar AS.

“Pada dasarnya kita terus beradaptasi, tidak ada kekhawatiran kenaikan harga. Ikuti saja prinsipnya,” lanjutnya.

Sementara itu, dua produsen tempe, Kusnan (62) dan Irwanto (48), juga mengatakan seperlima kedelai diperoleh dengan harga Rp 1.100.000 dan satu kilogram kedelai dijual dengan harga Rp 11.000/kg.

Keduanya menjelaskan, mereka tetap menjual tempe dengan harga reguler Rp 6.000 untuk tempe kental dan Rp 5.000.

“Belum ada perubahan, tapi biasanya kalau dollar naik, harga juga ikut naik. Tapi makanya kita lihat bulan-bulan ke depan kita tidak tahu (harga akan turun atau turun). berasal dari luar negeri, semuanya impor, tidak ada yang lokal, makanya kenaikan dolar pasti berdampak,” tambah Irwanto.

Harga kedelai diperkirakan akan meningkat

Sebelumnya, berdasarkan data detikcom, Kepala Pusat Ekonomi Digital dan Institute of SMEs for the Development of Economic and Finance (INDEF) Eisha Maghfiruha mengatakan penurunan nilai rupiah terhadap dolar AS akan menyebabkan belanja ibu rumah tangga. di Indonesia. untuk membersihkan Sebab, sejumlah bahan pangan seperti beras, tempe, dan kedelai bersumber dari luar negeri.

“Beras, tempe, kedelai juga impor dan sebagainya. Nah buat ibu-ibu kalau harga pasar naik pasti teriak,” kata Eisha dalam agenda diskusi publik kebijakan ekonom terhadap perempuan dan nasib ekonomi di tengah-tengahnya. dari perang dunia. Ketegangan Online, Sabtu (20/4/2024).

Oleh karena itu, untuk mencegah menurunnya daya beli masyarakat, Esiha menyarankan agar pemerintah mengendalikan harga pangan dan mengendalikan inflasi. Ia mengatakan, upaya ini harus dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan Bank Indonesia (BI).

“Berdasarkan daya beli konsumsi masyarakat, yang diprioritaskan adalah kelompok paling bawah dan rentan. Perlu dikaji pengaruh kenaikan harga terhadap daya beli masyarakat,” pungkas Eisha. (kilo/kilo)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *