Jakarta –

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Dr. Imran Pambudi mengatakan kasus demam berdarah di Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2023, yakni dari 143 ribu kasus pada tahun 2022, menjadi 115 ribu pada tahun 2023.

Namun akibat perubahan iklim pada tahun 2024 akan menyebabkan peningkatan kasus DBD hampir 3 kali lipat.

Berdasarkan informasi terkini pada minggu ke-15 tahun 2024, jumlah kasus demam berdarah di Indonesia mencapai 62.001 pasien. Sedangkan pada minggu yang sama tahun 2023, jumlah kasus demam berdarah ‘hanya’ 22.551 kasus. Artinya terjadi peningkatan hampir tiga kali lipat.

Oleh karena itu, dr Imran mengatakan, sistem diagnostik demam berdarah perlu ditingkatkan agar dapat mengidentifikasi penyakit yang bersifat zoonosis dan disebabkan oleh lingkungan.

“Kita perlu deteksi, seperti yang dikatakan Pak Menteri yang menyebutkan rapid test, karena ini perlu disebarkan di fasilitas kesehatan dasar kita,” kata dr Imran pada International Arbovirus Summit Indonesia 2024 yang ditayangkan di YouTube Kementerian RI. Kesehatan, Selasa (23/4/2024).

Baca juga

Ia mengatakan, penyakit demam berdarah akan berdampak serius jika penyakit ini terlambat ditangani.

Di sisi lain, dr Imran juga mengatakan gejala demam berdarah bukan lagi gejala klasik atau khas sehingga harus hati-hati. Menurut dia, sekitar 50 persen kasus demam berdarah dengue tidak menunjukkan gejala atau tidak menunjukkan gejala.

Oleh karena itu, Dr Imran mengatakan perlu adanya sistem yang sensitif untuk mendeteksi penyakit tersebut. Sistem tersebut, kata dia, harus mampu mendeteksi penyakit, baik yang ditularkan oleh hewan maupun yang disebabkan oleh lingkungan, termasuk yang terkena dampak perubahan iklim.

“Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada pelayanan kesehatan karena menyebabkan kasus semakin bertambah, tapi kami juga menilai perubahan iklim akan membebani sistem kesehatan. Misalnya kekeringan,” kata dr Imran.

Ketika desa dilanda kekeringan, kata dr Imran, masyarakat pindah ke kota, maka kota menjadi sibuk dan hal ini dapat menyebabkan peningkatan kasus.

Baca juga: Saksikan video “Respon Dinkes Bali terhadap Media Asing Soroti Tingginya Kasus Demam Berdarah di Bali” (suc/naf)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *