Pangandaran –
Kabar buruk datang dari Pangandaran. Kondisi terumbu karang di sana sangat memprihatinkan. Beberapa dari mereka sudah mati.
Banyaknya terumbu karang yang mati di Cagar Alam Pangandaran mengancam keberlangsungan biota laut dan populasi ikan di sana. Bagaimanapun, beberapa ikan memanfaatkan terumbu karang untuk berkembang biak.
Aktivis lingkungan hidup Pangandaran Hadiat Kelsaba alias Enchek mengatakan keberadaan terumbu karang di cagar alam saat ini merupakan sisa dari kerusakan alam.
Dan terumbu karang sisanya berada di cagar alam Pengelek Batukaras dan Batupaung Batukaras.
Setelah itu, nasib serupa juga menimpa terumbu karang Karapyak, Karang Nini, dan perbatasan Tasikmalaya.
Daerah lain yang berisiko berada di kawasan pantai Karapyak, Karang Nini, dan pinggiran danau. Karangnya terbakar atau karang mati semua, kata Hadiat, Rabu (29/5/2024).
Menurutnya, Cagar Alam Pantai Pasir Putih Pangandaran hanya tersisa 20% hingga 40%. “Ada pula terumbu karang serupa yang tidak berkembang biak dan ada juga terumbu karang yang masih tumbuh dan berkembang biak,” ujarnya.
Menurut dia, dari hasil inventarisasi tersebut tercatat 16 jenis terumbu karang dan 68 jenis tempat penyimpanan dan penangkaran ikan. “Jenis ikannya berbeda-beda, ada yang bisa dimakan, hias, dan beracun,” ujarnya
Menurut dia, kerusakan terumbu karang pertama kali terjadi pada tahun 1982 saat Gunung Galungung meletus. Saat itu, air laut menyusut.
“Saat air surut, abu vulkanik langsung mengubur terumbu karang. Selain itu, lalu lintas manusia, serta perahu nelayan dan kapal pesiar merusak terumbu karang di cagar alam,” jelasnya.
Kondisi terumbu karang memburuk saat terjadinya tsunami tahun 2006, khususnya di sekitar terumbu karang terluar.
“Begitulah pertumbuhan karang keras,” katanya.
Aktivis lingkungan hidup di Pangandaran terharu dengan nasib terumbu karang saat ini.
“Warga sekitar dan pecinta alam yang mencintai alam laut mulai melakukan transplantasi terumbu karang saat itu. Namun mereka tidak mempelajari berapa centimeter per tahun terumbu karang bisa tumbuh,” ujarnya.
Kerusakan terumbu karang di cagar alam ini diperparah dengan kehadiran kapal Viking yang meledak beberapa tahun lalu. Terumbu karang ini berfungsi sebagai rumah ikan atau rumah ikan sekaligus tempat berkembang biaknya.
“Terumbu karang bisa menjadi penahan abrasi secara tidak langsung, di tempat tumbuhnya terumbu karang terdapat hummock (bagian laut yang tidak rata), sehingga dihentikan terlebih dahulu sebelum gelombang sampai ke pantai,” ujarnya.
Dia mengatakan hilangnya terumbu karang bisa mencapai titik terendah dalam beberapa tahun ke depan.
Seiring berjalannya waktu, kekhawatiran sebagian kelompok terhadap situasi ini akan berkurang,” ujarnya.
Selain itu, menurut Hadiat, kapal yang sedang beroperasi dan bersentuhan langsung dengan terumbu karang juga berisiko.
“Komunikasi tidak langsung dengan terumbu karang, apalagi saat permukaan air laut menurun, mengancam kestabilan terumbu karang,” ujarnya kepada BKSDA Pangandaran Buka Suara.
Sementara itu, Kepala BKSDA Pangandaran Kusnadi mengatakan, risiko terkikisnya terumbu karang dan menyusutnya cadangan memang akan berdampak. Saat ini menjadi tempat wisata sebagai tempat berfoto. Tapi ekosistemnya rusak.
Dunia pariwisata juga terancam, karena itu daya tarik. Padahal, kalau dibuat taman laut pasti akan menarik banyak wisatawan. Memang seharusnya cagar alam itu dijadikan pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan, katanya.
Ia mengatakan, upaya menjaga terumbu karang dilakukan oleh sekelompok pecinta alam Pangandaran.
“Kami juga bekerja sama lintas sektor. Beberapa waktu lalu, beberapa lembaga membantu untuk ikut serta dalam transplantasi terumbu karang,” ujarnya.
Kusnadi juga berharap para nelayan yang saat ini mencari ikan di perairan Pangandaran dapat menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan.
——-
Artikel ini dimuat di detikJabar. Saksikan video “Pembentukan Terumbu Karang Dunia Mengalami Pemutihan” (wsw/wsw)