Jakarta –
Pemerintah ‘berharap’ untuk melihat hasil dari angka defisiensi pertumbuhan pada akhir tahun 2024. Ambisi menurunkan persentase dari 37 persen menjadi 14 persen tampaknya menemui beberapa kendala.
Presiden Joko Widodo menerima pendaratan Posyandu RW 02 Cipate saat berkunjung ke Jakarta, Selasa (11/6/2024). Pasalnya, menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI), penurunan stunting pada tahun 2023 hanya sebesar 0,1 persen dibandingkan tahun lalu, dari semula 21,6 persen menjadi 21,5 persen pada tahun 2022.
Jokowi mengatakan salah satu kendala yang dihadapi pemerintah adalah pandemi COVID-19, padahal pihaknya menargetkan wabah tersebut bisa selesai dalam waktu 2,5 tahun. Ia juga menegaskan, pertumbuhan terhambat tidak hanya berkaitan dengan masalah makan dan gizi.
“Stunting bukan hanya soal suplemen gizi dan gizi saja, tapi juga berkaitan dengan sanitasi, lingkungan desa, lingkungan RT, juga berdampak besar terhadap masalah stunting, sumber air yang ada juga sangat berpengaruh, sehingga sangat penting untuk mengatasi stunting. sungguh Untuk berkolaborasi, berkolaborasi, berintegrasi,” ujarnya, seperti dilihat Detikcom di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (11/6/2024).
“Retardasi pertumbuhan dalam bentuk apa pun juga menjadi masalah yang harus kita selesaikan. Tahun 2014 masih 37 persen, lalu turun menjadi 21 persen dalam 9 tahun. Tahun lalu penurunannya meski kecil hanya 0,1 persen, tapi apapun yang kita lakukan, kita kerja keras,” tegasnya.
Jokowi mengaku tidak akan mengubah target yang telah ditetapkan sebelumnya mengenai angka stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024. Menurut dia, hal itu sebenarnya merujuk pada upaya pemerintah untuk mencapai target tersebut.
“Kami memberikan target yang sangat ambisius, bahkan coba naik dari 37 menjadi 14 persen. COVID-19 juga sangat berdampak selama 2,5 tahun terakhir karena konsentrasi kita dalam menanggulanginya,” jelasnya.
“Kita lihat di akhir tahun berapa angka stuntingnya,” imbuhnya. Saksikan video “Strategi BKKBN Capai Target Penurunan Stunting 14%” (NAF/NAF)