Jakarta –

Badan intelijen Amerika Serikat dan Inggris, CIA dan MI6, bekerja sama menggunakan teknologi AI untuk menganalisis data.

Informasi ini berasal dari artikel yang diterbitkan di Financial Times dan ditulis oleh Direktur CIA Bill Burns dan kepala Badan Intelijen Rahasia Inggris (SIS) Richard Moore. Dalam artikel tersebut, para pihak membahas kerja sama khusus antara kedua badan intelijen tersebut.

Ia menyoroti kolaborasi selama 75 tahun antara CIA dan SIS yang berlanjut hingga saat ini, ketika teknologi menjadi mesin di banyak aspek dunia, seperti dikutip Detikinet dari TechSpot, Kamis (12/9/2024). ,

Salah satu topik yang dibahas dalam artikel tersebut adalah penggunaan kecerdasan buatan (AI). Baik CIA maupun SIS juga tampaknya telah mengembangkan model kecerdasan buatan untuk membantu pekerjaan mereka, dengan dibentuknya “Tim Merah” atau tim yang bertugas mengevaluasi dan mengkritik operasi intelijen. Bagi Tim Merah, tujuan penggunaan kecerdasan buatan adalah untuk memastikan bahwa mereka tidak perlu mengungkapkan informasi penting kepada pihak luar.

Baik CIA maupun SIS saat ini aktif menggunakan AI dalam operasi sehari-hari mereka, termasuk algoritma AI generik dalam berbagai pekerjaan. Misalnya merangkum data, memberikan wawasan, dan mengidentifikasi informasi penting dari laporan big data.

Artikel tersebut juga menyatakan bahwa CIA dan SIS menggunakan teknologi cloud untuk meningkatkan kemampuan mereka dan bermitra dengan perusahaan swasta di AS dan Inggris.

Fokus kedua badan intelijen tersebut kini tertuju pada Tiongkok, yang dianggap sebagai tantangan terbesar di bidang geopolitik dan intelijen saat ini. Keduanya telah mengatur ulang operasi mereka untuk melawan pengaruh Tiongkok yang semakin besar di banyak bidang. Faktanya, isu pemberantasan terorisme masih menjadi alasan utama kedua negara terus bekerja sama. Tonton video “Kepala intelijen Israel mengundurkan diri” (asj/fay)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *