Batavia –
Apakah Anda suka makan nasi goreng Solaria? Atau Solarium Fujunghai? Tahukah Anda dari mana Solaria berasal dan siapa pendirinya? Bagi yang makan di Solaria pasti tahu dulu semua tentang Solaria.
Solaria adalah salah satu restoran yang sering diabaikan. Bar-bar ini biasa kita temukan di pusat perbelanjaan, bandara atau tempat umum lainnya.
Solaria merupakan restoran keluarga yang telah tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Menunya juga mencakup bahasa kami yang paling terkenal, seperti ayam keju kvetiau, nasi goreng maena, ayam cordon blue, ayam mentega dan lain sebagainya. Tak heran jika restoran ini kerap dipadati pelanggan.
Dikutip dari akun Twitter resmi Solaria, pihak agensi menjelaskan bahwa nama Solaria sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Solarium yang artinya Matahari. Artinya jari-jari matahari/pusat tata surya.
Sedangkan diambil dari Facebook Solaria Indonesia, logo Solaria berbentuk bulat yang artinya terus menerus, terus menerus, tidak ada ujung tajam yang melukai dan mewakili negara.
Pemilik restoran Solaria adalah pengusaha Aliuianto. Pria ini merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada pada tahun 1985.
Dalam catatan Detikkom yang dimuat di kantor resmi UGM, sebelum mulai bekerja, ia merupakan pegawai sebuah perusahaan swasta. Setelah 5 tahun bekerja dan penghasilan yang cukup lumayan, ia memutuskan untuk berhenti. Aliuianto, yang bekerja di masyarakat, tidak memberikan tantangan untuk meningkatkan kekuasaannya.
Pada tahun 1991, ia membuka restoran pertamanya. Diakui, memulai usaha bukanlah hal yang mudah, apalagi penghasilan dari sisa gaji tidak cukup untuk modal usaha selama lima tahun. Meski demikian, ia tetap memutuskan terjun ke dunia kuliner sebagai wirausaha.
Pada tahun 1995, restoran ini baru mulai populer. Awalnya hanya mempekerjakan 4 orang pekerja. Setelah 20 tahun, ia mempekerjakan ribuan karyawan. Saat ini terdapat 200 gerai Solaria yang tersebar di 31 provinsi dan 55 kota besar.
Untuk mengelola perusahaan (Solaria) agar tetap berjalan dengan baik, Aliuianto menerapkan prinsip bahwa setiap kendala harus diselesaikan dengan pengetahuan dan kemampuan. (fdl/fdl)