Jakarta –
Kabupaten Pati diberi nama buruk oleh jagat media sosial akibat tewasnya seorang pengelola rental mobil yang diduga dipukuli warga sekitar. Untuk mengatasinya, pakar budaya memberikan rekomendasi.
Buntut meninggalnya seorang pengelola rental mobil di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, masih berlanjut hingga saat ini. Warganet bahkan melabeli desa dan kelurahan tersebut dengan headline negatif atau kekerasan.
Pasalnya, banyak netizen yang berbagi pengalamannya dengan banyak mesin yang ditipu di wilayah tersebut.
Menanggapi banyaknya keluhan pengguna, polisi kemudian melakukan penyisiran terhadap kendaraan tanpa tanda pengenal resmi. Meski demikian, Suchipto Hadi Purnomo, dosen sekaligus peneliti budaya Pati dan budaya cetacea, menjelaskan pihak berwenang harus melakukan pendekatan persuasif dalam menangani kasus ini.
Memang ada hal-hal yang menurut saya bisa menjadi laten, bisa meledak kapan saja, perlu dikembangkan dan pendekatan persuasif, sarannya saat dihubungi detikTravel, Kamis (20/6/2024).
Ia menyarankan pendekatan yang lebih persuasif melalui prosesi budaya yang masih sering digelar di Kabupaten Pati. Ingatlah bahwa berbagai pameran seni rupa seperti Ketoprak Pati masih banyak diadakan dan banyak memuat khotbah di dalamnya.
“Pendekatan yang lebih bersifat kultural dibandingkan melakukan tindakan represif seperti penyisiran, menurut saya adalah dengan sedikit mengekang langkah penyisiran,” ujarnya.
Menurut dia, yang tinggal di Pati sejak kecil hingga SMA, kondisi di sana mirip dengan kota-kota lain di Indonesia. Jadi, menurutnya, peristiwa yang terjadi tidak bisa digeneralisasikan.
“Jadi dari satu kasus tidak bisa digeneralisasikan untuk wilayah itu, atau desa tertentu di Kecamatan Sukolilo, atau Kabupaten Pati secara lebih luas,” imbuhnya.
Ia juga mengungkapkan, masyarakat yang terjebak utang atau bank murah yang memberikan suku bunga tinggi juga terkena dampak masalah ini.
“Kalau ada praktik yang memperjualbelikan sepeda, sepeda motor yang tidak mempunyai nomor sah, atau dari proses peminjaman kemudian dijual, kemudian menjadi sepeda, saya kira itu bisa diamati di tempat lain, saya kira. ” dia berkata.
“Karena di satu sisi saya rasa ada yang perlu dikhawatirkan oleh debt collector, di sisi lain ada juga yang keberatan dengan pembayaran yang besar, dan menurut saya penegakan sewa ini juga menjadi beban yang keluar; jumlah yang terhutang di bank, bahkan lebih. “Tetapi karena gagal bayar atau pembayaran yang begitu rendah, masyarakat akan mengambilnya dan kemudian tidak dapat melakukan pembayaran kembali,” katanya.
Namun, dia tidak membenarkan tindak pidana yang terjadi belakangan ini, terutama pengeroyokan yang berujung kematian. Di sisi lain, jelasnya, masyarakat Pati justru diajarkan nilai-nilai luhur Saminisme, yakni mengajarkan pantang kekerasan dan menentang apa pun yang bukan haknya.
“Jadi tidak boleh membuat jupuk koloung, kolong jupuk artinya merampas milik orang lain, tidak boleh iri, tidak boleh iri, inilah nilai-nilai luhur yang diajarkan Saminisme, yang tidak hanya dalam kata-kata saja. tetapi juga dalam tindakan. ,” dia berkata.
Saksikan video “Viral Kepala Desa Pati Mengamuk di Depan Mayat Sejumlah Pemuda yang Terbaring” (wkn/fem)