Jakarta –
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan alasan mengapa sistem pendidikan di negara-negara Nordik digratiskan hingga tingkat universitas. Pasalnya, negara-negara di Eropa Utara mengenakan pajak yang tinggi.
Sri Mulyani mengatakan, pajak yang dikenakan di negara-negara Nordik bisa mencapai 70%. Oleh karena itu, menurutnya, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang benar-benar gratis, karena pasti ada yang menuntut harga lebih tinggi.
“Waktu saya jadi Menteri Keuangan, orang sering bilang: ‘Mbok, seperti di negara-negara Nordik lho, semua sampai kuliah gratis, dari lahir sampai kuliah tidak perlu bayar apa-apa’. Padahal, anak itu yang harus melakukan ini “Jangan bayar, dia yang bayar”.
“Saya pernah punya teman di Bank Dunia, dia berasal dari Finlandia. Saya bertanya kepadanya berapa pajak yang Anda bayar? Oh, sekitar 70%. Jadi jika Anda mendapat $100.000, Anda hanya mendapat $30.000? Ya,” tambahnya.
Jika menginginkan jaring pengaman sosial berupa pendidikan gratis hingga universitas, masyarakat harus mengharapkan lebih banyak pemotongan pajak, kata Sri Mulyani.
“Orang mengira semuanya gratis dan tidak ada yang membayar. Tidak ada yang gratis di dunia ini, pasti ada yang membayar. Dalam hal ini, jika ingin menciptakan jaring pengaman sosial seperti di negara Nordik, harus mempersiapkan pajak penghasilan yang sangat tinggi,” ujarnya.
Menurut Sri Mulyani, kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu risiko terbesar yang dihadapi Indonesia. Jika kualitas sumber daya manusia tidak ditingkatkan maka akan menjadi beban negara.
“Kalau kita melihat risiko terbesar bagi Indonesia, tetap pada kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia memiliki potensi karena Indonesia memiliki populasi muda, namun dapat menjadi risiko kerugian jika sumber daya manusianya tidak ditingkatkan. Makanya kita selalu berdiskusi, ada baiknya membahas kesehatan, pendidikan, dan jaminan sosial. Di saat populasi kita masih muda, saya rasa perdebatan ini bagus dan sehat,” imbuhnya. (Bantuan/Pembunuh)