Jakarta –

Perusahaan Tembakau Gudang Garam merupakan salah satu perusahaan tembakau terbesar di Indonesia yang didirikan pada tahun 1958 di Kota Kediri, Jawa Timur. Bahkan, produk ini sudah dikenal luas di dalam dan luar negeri.

Pemilik Gudang Garam saat ini adalah Bapak Susilo Wonowijojo. Beliau merupakan Ketua Dewan Direksi dan pemegang saham terbesar PT Gudang Garam Tbk. Susilo Wonowijojo juga merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia. Namun sebelum dia, Gudang Garam didirikan oleh ayahnya Surya Wonowijojo. Berikut kami sajikan kisah panjang bisnis Tembakau Gudanga Ram dari awal hingga perkembangannya. Kehidupan awal Surya Wonowid Jojo

Choa Ingfi atau dikenal dengan nama Surya Wonowijojo lahir pada bulan Agustus 1923. Choa mengawali kisah sukses Guddan Garam dengan merantau dari Tiongkok bersama keluarganya pada usia tiga tahun dan menetap di Sampan, Madura.

Namun setelah ayahnya meninggal, Choa pindah ke Kediri untuk tinggal bersama pamannya Choa Kok Giang. Di sana, Tjoe mulai belajar tentang industri tembakau dengan bekerja di pabrik tembakau “Tjap 93” milik pamannya.

Berkat kerja kerasnya, Tjoa terus naik pangkat hingga akhirnya menjadi direktur Tjap 93. Tjap 93 Perusahaan Tembakau berkembang pesat dan semakin dikenal masyarakat luas.

Suatu hari, timbul perselisihan antara pamannya dan Tjoa, yang memaksanya mengundurkan diri dari pekerjaannya di pabrik tembakau Tjap.93 Menurut salah satu cerita, perselisihan itu muncul karena Tjoe meminta pembagian saham kepada pamannya. Sedangkan versi lain juga menyebutkan bahwa pamannya tidak setuju dengan rencana ekspansi perusahaan Choa. Akhirnya, Pak Tjoa pensiun, diikuti oleh 50 karyawan setianya, dan memulai bisnis tembakau skala keluarga baru dengan merek Inghwe. Inghwe kemudian berkembang pesat setelah menjual melalui jalur distribusi tembakau Tjap 93.

Lompatan besar Choa menjadi awal lahirnya Pabrik Tembakau Gudanga Ram. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 26 Juni 1958. Produk pertama yang diproduksi Gudang Garam adalah rokok “Gudang Garam Kuning”.

Yang unik adalah logo ikonik Gudang Garam yang terinspirasi dari mimpi Joa melihat timbunan garam di dekat rel kereta api. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan Madura, salah satu daerah penghasil garam di Indonesia, tempat Joa dibesarkan.

Pada tahun 1966, Gudang Garam menjadi produsen rokok kretek terbesar di Indonesia. Perusahaan ini mempekerjakan beberapa ribu orang dan memiliki kapasitas produksi hingga 50 juta batang rokok per bulan.

Meski kehilangan banyak pekerja akibat krisis politik pertengahan tahun 1960-an, Guddan Garam bangkit kembali berkat tindakan bijak Joa.

Choa Ingfi meninggal dunia pada 28 Agustus 1985 dan dimakamkan di Auckland, Selandia Baru. Dia meninggalkan warisan berharga Guddan Garam. Padahal, menurut Jurnal Flores (6/6/2024), Gudang Garam menopang perekonomian Kota Kediri hingga 80%. Kutipan Suryani Suryanto & Associates (6 Juni 2024) juga menyebutkan, pada tahun 2019 hingga 2021 saja, Gudang Garam telah membayar cukai hingga Rp 238 triliun.

Gudang Garam saat ini dipimpin oleh putra Joa, Susilo Wonowi Jojo, yang juga merupakan salah satu orang terkaya di Tanah Air. Produk andalan yang paling laris di pasaran adalah ‘Surya’, diambil dari nama pendiri Gudang Garam, ‘Surya Wonowijojo’.

Begitulah cerita panjang bisnis tembakau Gudang Garam milik Choa Ingfe atau Surya Wonowijojo. Semoga membantu. Saksikan video “Video 75 Pekerja Pabrik Tembakau Jawa Timur Dimiliki Secara Massal” (khq/khq)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *