Jakarta –
Penjualan mobil mengalami stagnasi selama 10 tahun terakhir. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah pasar mobil Indonesia sedang berkembang?
Sepuluh tahun lalu, penjualan mobil tak jauh dari 1 juta unit.
“Pasar saham sedang bermasalah, sudah 10 tahun. Penyakit ini kalau sudah 10 tahun harus segera diobati, kalau tidak tunggu apa lagi? Berbahaya menunggu sampai parah.” Beliau adalah Senior Research Fellow di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI, Riyanto.
Salah satu penyebab pasar mobil tertahan di angka satu juta unit adalah kenaikan harga mobil yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi.
Selain harga mobil yang meningkat seiring dengan laju inflasi namun sebanding dengan pendapatan per kapita, terdapat faktor makroekonomi lain seperti nilai tukar dan suku bunga yang secara signifikan mempengaruhi penjualan mobil.
Penjualan mobil di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2013 sebesar 1.229.811 unit, kemudian terus menurun pada tahun berikutnya, namun tetap di angka satu juta.
Berdasarkan hasil LPEM FEB UI, pangsa pasar mobil di Pulau Jawa dan Bali akan mengalami penurunan sebesar 33 persen pada tahun 2013 hingga 2022.
Pada saat yang sama, pangsa pasar di luar Jawa meningkat. Lima provinsi terlaris adalah Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Tengah.
Jika penjualan mobil di wilayah pulau Jawa tidak mengalami penurunan (stabil) atau peningkatan selama tahun 2013-2022, dan kinerja pasar mobil di luar pulau Jawa tetap sama seperti tahun 2013-2022, maka penjualan mobil di Indonesia akan melebihi 1,3 juta unit pada tahun 2022. . Pada tahun 2013 akan melampaui penjualan mobil.
Padahal, menurut Gabungan Produsen Mobil Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil pada Januari-Juni 2024 hanya tercatat 408.012 penjualan grosir mobil (distribusi dari pabrik ke dealer). Indikator ini turun 19,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu mencapai 506 ribu 427 unit.
Menurut studi yang dilakukan LPEM UI, tren negatif penjualan mobil di Indonesia disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan paket kebijakan fiskal lain dari pemerintah, seperti PPnBM DTP seperti pada pandemi sebelumnya. Pembiayaan berupa diskon PPnBM DTP mampu mengatasi lesunya pasar mobil.
Menghapus sumber pendapatan pemerintah dari KPS tentu akan menurunkan pendapatan. Namun, hal ini mungkin diimbangi oleh peningkatan permintaan dan peningkatan output dari sektor manufaktur.
“PPnBM di satu sisi bisa turun, tapi di sisi lain kenaikan pajak pertambahan nilai seperti PKB dan BBNKB akan memperluas produksi mobil dan industri suku cadang akan meningkat, rantai pasok industri akan meningkat, kita akan meningkatkan Pajak Penghasilan Badan atau menaikkan Pajak Penghasilan Orang Pribadi,” ujarnya.
“Efeknya menciptakan lapangan kerja, dan biasanya investor melihat kalau pasar tumbuh, kita tingkatkan investasinya, multiplier effectnya sekitar 1,6 juta, jadi industri otomotif bruto produk dalam negeri 1 juta, perekonomian naik 1,6 juta. juta, – katanya.
Dengan tingginya permintaan, produsen dan rantai tentu akan meningkatkan kapasitas produksi.
“Menambah lapangan kerja, tambahan 1 pekerja di industri otomotif ini menciptakan dua lapangan pekerjaan dalam perekonomian. Jadi penambahan 1.000 pekerja lagi di industri otomotif berdampak langsung dan tidak langsung sekitar tahun 2000. Kebutuhan ini harus diselesaikan,” ujarnya.
Riyanto kemudian menghitung dampaknya terhadap kendaraan kategori low MPV yang mendapat potongan PPnBM. Diketahui mobil ini dikenakan PPnBM 15 persen.
“Perkiraan harganya sekitar 199 juta off the road, tapi harga barunya sekitar 280 juta pajak, yang merupakan harga sebagian besar pasar kita.”
“Kalau PPnBM didiskon 5 persen antara 15 dan 10 persen, berarti ada tambahan permintaan sekitar 53.000 unit.”
Menurut dia, jika diskon PPnBM 50 persen atau dari 15 persen menjadi 7,5 persen maka akan muncul tambahan permintaan sebanyak 80.000 unit.
Kemudian simulasi PPnBM hanya membayar 5 persen, yaitu tambahan 107 ribu unit.
“Juga kalau gratis, kita akan mendapat diskon 100% APR selama beberapa bulan di tahun 2021. Jadi itu nol APR, jadi itu tambahan 160.000 unit. Itu sangat besar, dan menurut saya kain kita “Pasar kita yang sedang berkembang bisa masuk 2012. 2013,” ujarnya.
“Jika langkah-langkah stimulus diambil, maka total kontribusi terhadap PDB akan meningkat menjadi 0,7 persen. Tenaga kerja stimulus sekitar 7.000 untuk industri dan suku cadang, dan pekerja ada 15.790. Pengangguran mungkin mencapai 47.000,” ujarnya. lagi. “Perlombaan penjualan mobil Indonesia-Thailand, siapa yang menang?” Tonton videonya. (riar/rgr)