Batavia –
Seperti halnya Indonesia, industri otomotif Thailand juga mengalami depresi. Di sisi lain, pemerintah Thailand menawarkan insentif untuk mobil listrik.
Ford telah meminta pemerintah Thailand untuk meningkatkan upaya di sana untuk membantu perusahaan mobil yang masih mengerjakan kendaraan bermesin pembakaran internal (ICE). Pasalnya, mereka tidak bisa cepat beradaptasi dengan perubahan akibat pertumbuhan pasar mobil listrik.
Industri kendaraan listrik di Thailand mendapat berbagai insentif mulai dari pajak hingga subsidi. Namun, menurut Managing Director Ford Thailand Ratthakarn Jutasen, pengemudi di negara tersebut belum melihat es krim kendaraan di sana karena pemerintah hadir untuk membantu mengatasi gangguan pada industri mobil.
“Bisnis terkait adalah teman lama pemerintah. Mereka membantu rantai pasokan otomotif negara,” ujarnya, seperti dikutip Bangkok Post.
“Pemerintah perlu melakukan sesuatu untuk membantu karena industri mobil sudah lemah,” lanjutnya.
Ford percaya bahwa pemerintah akan mengambil langkah-langkah, terutama yang dapat menangani kebijakan bank yang lebih ketat dalam memberikan pinjaman daging di tengah utang rumah tangga yang tinggi. Sulitnya akses kredit menjadi salah satu faktor menurunnya penjualan mobil di Thailand.
Ford Thailand memperkirakan penjualan mobil pada tahun 2024 mencapai 640.000 unit. Artinya, penjualan mobil di Thailand akan turun dari anggaran 800.000-830.000 unit.
Penjualan mobil di negara ini pada paruh kedua tahun ini akan tumbuh sebesar 12-13%, berkat pengelolaan situasi keuangan, tindakan rehabilitasi, dan pemulihan perjalanan yang berkelanjutan.
“Kami perkirakan volume penjualan bisa mencapai 54.000 hingga 55.000 unit sehingga target bisa tercapai,” kata Ratthakarn.
Pada semester I, penjualan mobil Ford mencapai 11.282 unit sehingga pangsa pasar Ford mencapai 8-9 persen. Tonton video “Thailand ingin menjadikan Ganja sebagai obat ilegal efektif 1 Januari 2025” (rgr/din)