Ponorogo –
Putra Kepala Suku Ponorogo, Sugiri Sancoko yang memiliki nama unik menjadi sorotan warga desa saat mengikuti kirab pusaka.
Ketiga anaknya adalah Jian Ayune Sundul Langit, anak pertama. Kemudian putra kedua, Lintang Panuntun Qolbu, dan putra ketiga, Gibran Cahyaning Pengeran.
Anak pertama berjenis kelamin perempuan, sedangkan anak kedua dan ketiga berjenis kelamin laki-laki. Nama yang unik membuat masyarakat Ponorogo senang.
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Jian Ayune Sundul Langit dapat berarti “langit yang lebih indah”.
Jian Ayune Sundul Langit pun mengaku senang karena bisa mengikuti acara karnaval peninggalan suci tersebut. Ini merupakan ketiga kalinya ia mengikuti karnaval tersebut.
“(Viral) Entahlah, saya mau ikut (ikut karnaval). Misalnya kecantikan anak menteri atau entahlah. sapaan akrabnya, Kamis (11/7) kemarin.
Perempuan 23 tahun ini mengaku tak mendapat pelatihan khusus untuk mengikuti karnaval pusaka di Ponorogo. Rombongan menyiapkan hidangan kebaya. Kini riasan dan rambutnya sesuai permintaan Jian dari penata rias.
“Persiapan terbaik adalah membawa kipas angin portable, daging, dan air minum agar tidak haus,” kata Jian.
Meski tak hanya hadir dalam karnaval, ia juga mempunyai tanggung jawab dalam menyediakan pangan bagi masyarakat. Jian mengaku senang sebagai cara untuk menunjukkan apresiasinya.
“Selalu menyenangkan (menghadiri) setahun sekali. Selamat Tahun Baru Islam dan kami selalu bertemu banyak orang di setiap karnaval,” jelas Jian.
Jian mempunyai pengalaman tersendiri dalam setiap karnaval. Rupanya dia selalu diajak melihat karnaval. Sejak kecil Jian suka melihat karnaval, meski harus dipadati ribuan orang.
“Waktu kecil saya sering melihat karnaval pinggir jalan, banyak jalan-jalan yang saya nikmati,” kata Jian kaget saat dipuji kecantikannya.
Ketika ditanya apakah mereka penjahat selama karnaval, Jian sendiri mengakui bahwa mereka bukan penjahat. Menurutnya, masyarakat Ponorogo baik dan lemah lembut. Tak jarang ia dikagumi karena kecantikannya.
“Aku tersipu karena dipuji cantik,” kata Jian.
Jian sering diejek oleh saudara-saudaranya karena dipuji karena kecantikannya selama ini. Bagaimanapun, Jian senang dan bersemangat. Saya sangat senang, saya tidak lelah.
Jian sendiri berpesan kepada masyarakat khususnya generasi muda untuk terus melestarikan budaya tersebut dan mewariskannya kepada generasi mendatang.
“Di zaman modern ini semuanya serba cepat, pelajari sejarah budaya sendiri. Saya mencoba mendalami budaya Jawa.
——–
Artikel ini muncul di detikJatim. Saksikan Perebutan Pohon Ek Berakhir Saat Kakak Bunuh Kakak Di Ponorogo (wsw/wsw)