Jakarta –

Dua raksasa mobil Jepang, Honda dan Nissan, sedang mendiskusikan kemungkinan penggabungan kedua raksasa mobil tersebut. Langkah ini dilakukan di tengah persaingan yang ketat untuk mobil listrik, khususnya di Tiongkok.

Melansir CNN, kedua perusahaan sempat melakukan pembicaraan pada Kamis (19/12/2024), namun tak merinci kapan rencana merger akan dilakukan.

“Seperti yang diumumkan pada bulan Maret, Honda dan Nissan sedang menjajaki berbagai peluang untuk kolaborasi di masa depan, memanfaatkan kekuatan masing-masing,” demikian bunyi pernyataan Nissan dan Honda.

Honda dan Nissan juga mengkonfirmasi kepada CNN bahwa Mitsubishi adalah bagian dari pembicaraan awal ini, yang mungkin melibatkan produsen mobil besar ketiga Jepang.

Pada bulan Maret, Honda dan Nissan mengumumkan bahwa mereka bekerja sama dalam pengembangan mobil listrik, dan pada bulan Agustus mereka mengumumkan bahwa mereka bekerja sama dalam teknologi baterai.

Hal ini karena konsumen Tiongkok tertarik pada merek asing, namun sebagian besar beralih ke merek dalam negeri yang memiliki nilai lebih baik di dalam negeri.

Pemerintah Tiongkok telah menawarkan insentif untuk menyadarkan konsumen akan kendaraan listrik dan hibrida plug-in. Meskipun kedua perusahaan menawarkan kendaraan listrik dan plug-in—khususnya Nissan, pionir teknologi kendaraan listrik—merek Tiongkok seperti BYD unggul dalam teknologinya dan menghasilkan keuntungan.

Nissan juga mengalami kesulitan sejak mantan CEO Carlos Ghosn meninggalkan Jepang ke negara asalnya, Lebanon.

Ghosn ditangkap di Tokyo pada tahun 2018 karena dugaan pelanggaran keuangan dan Nissan memecatnya. Ghosn telah berulang kali membantah tuduhan tersebut. Pengunduran dirinya telah mengguncang aliansi kuat pembuat mobil antara Nissan, Renault dan Mitsubishi.

Renault, yang pernah menjadi mitra manufaktur mobil terbesar di dunia, telah mengurangi kepemilikannya di Nissan secara tajam, sehingga melemahkan produsen mobil Jepang tersebut.

Nissan mengatakan penjualannya antara Maret dan September turun 90% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, Honda, yang ukurannya kira-kira lima kali lebih besar dari Nissan, juga menghadapi tantangan. Perusahaan mengumumkan rencana untuk hanya menjual kendaraan tanpa emisi di pasar utama pada tahun 2040. Namun transisi ini berjalan lambat, karena harga bahan bakar yang relatif rendah, infrastruktur pengisian daya yang tidak memadai, dan meningkatnya persaingan telah mengurangi permintaan kendaraan listrik di AS dan Eropa. (rd/rd)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *