Jakarta –
Read More : Terungkap! Ini Kriteria Menteri Keuangan Prabowo
Menurut Badan Pusat Statistik, produksi beras kembali mengalami kenaikan inflasi dan menyumbang inflasi inti pada Juli 2024.
“Pada Juli 2024, inflasi beras akan terjadi di 25 negara bagian. Hal ini menunjukkan inflasi harga beras tidak hanya terjadi di satu daerah saja melainkan di berbagai daerah di Indonesia,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam jumpa pers, Kamis (1/2). 8/2024).
Inflasi beras ini disebabkan oleh kenaikan kembali harga produk tersebut. Setelah puncak panen padi Amalia pada April-Mei 2024, luas panen padi berkurang pada Juni dan Juli 2024.
Penurunan panen ini menyebabkan berkurangnya produksi beras dan pasokan pasar. Itu sebabnya harga beras kembali naik.
“Siklus tahunan ini selalu terjadi setiap tahun, setelah musim panen artinya pasokan di pasar berkurang. Hal ini menyebabkan harga beras meningkat. Kenaikan harga beras ini terkait dengan kenaikan harga produk kering. Di tingkat petani, harga gabah curah (GKP) sebagian besar sudah tinggi, sudah melebihi Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yaitu Rp 6.000 per kilogram.
BPS memperkirakan harga gabah di tingkat petani naik 5,28 persen per bulan dan 15,43 persen per tahun terhadap GKP pada Juli 2024. Sementara itu, biji-bijian kasar kering giling (GKG) meningkat sebesar 4,49% secara bulanan dan 12,19% secara tahunan. Harga giling beras meningkat sebesar 2,22% bulan ke bulan pada bulan Juli 2024 dan 14,15% tahun ke tahun.
“Inflasi beras pada tingkat grosir dan eceran, pada tingkat grosir, inflasi beras sebesar 1,03% mtm, 11,77% yoy. Pada tingkat ritel, inflasi sebesar 0,94% mtm, sebesar 12,65% yoy,” ujarnya. (apa saja/kg)