Jakarta –
Read More : Ganti Alamat Email Kamu! Ini Alasannya
Pada tahun 2024, nilai cryptocurrency yang dicuri akan mencapai 2,2 miliar dolar, lebih dari setengahnya dicuri oleh peretas Korea Utara.
Menurut studi terbaru yang dilakukan Chainalysis, peretas Korea Utara telah mencuri mata uang kripto senilai $1,3 miliar, atau sekitar $20,9 triliun. Jumlah ini dua kali lipat dari jumlah yang dicuri pada tahun 2023.
Pada Senin (23/12/2024), detikINET mengutip BBC menyebutkan beberapa peretasan yang dilakukan peretas Korea Utara melibatkan pekerja IT yang bekerja dari jarak jauh.
Namun, ada faktor lain yang turut menyebabkan meningkatnya jumlah pencuri tersebut, yaitu naiknya harga Bitcoin hingga dua kali lipat. Kenaikan nilai Bitcoin terjadi setelah terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
Secara keseluruhan, jumlah mata uang kripto yang dicuri oleh peretas meningkat sebesar 21% pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2023. Namun angka tersebut jauh dibandingkan dengan jumlah pencurian kripto yang terjadi pada tahun 2021 dan 2022.
Chainalysis menulis dalam sebuah laporan: “Meningkatnya pencurian kripto pada tahun 2024 menunjukkan bahwa industri harus menghadapi ancaman yang semakin canggih dan terus berkembang.
Mereka juga mengatakan bahwa mayoritas pencurian kripto pada tahun 2024 berasal dari kunci pribadi yang dicuri. Kunci pribadi tersebut digunakan untuk mengontrol akses ke aset pengguna pada platform kriptografi.
“Mengingat bursa terpusat memiliki modal pengguna dalam jumlah besar, dampak pencurian kunci pribadi sangat besar,” katanya.
Beberapa pencurian kripto terbesar pada tahun 2024 termasuk pencurian kripto dari bursa kripto Jepang, senilai hingga $300 juta. Kemudian terjadilah pencurian DMM Bitcoin serta pencurian WazirX, penukaran mata uang dari India senilai $235 juta.
Pemerintah Amerika Serikat sendiri sebelumnya telah menyarankan agar rezim Korea Utara menggunakan cryptocurrency untuk menghindari berbagai embargo dan mengumpulkan dana.
Mereka juga baru-baru ini mengutuk 14 warga Korea Utara yang dituduh melakukan pemerasan dan pencucian uang ke sejumlah perusahaan Amerika untuk membiayai produksi senjata di Korea Utara. Tonton video “Hacker Profesional Bisa Belajar Keamanan Cyber” (asj/afr)