Jakarta –
Peneliti Google telah menerbitkan dokumen baru yang memperingatkan tentang kemungkinan dampak negatif terhadap Internet. Mereka mengatakan konten palsu yang dibuat dengan kecerdasan buatan akan menghancurkan internet.
Dalam sebuah penelitian yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, Google menemukan bahwa sebagian besar pengguna menggunakan AI untuk mengaburkan batas antara asli dan palsu dengan menyediakan gambar dan video yang dihasilkan AI.
Peneliti Google juga meninjau penelitian yang diterbitkan sebelumnya tentang kecerdasan buatan dan menemukan hampir 200 artikel yang diterbitkan merinci penyalahgunaan kecerdasan buatan.
“Memalsukan perilaku manusia dan memalsukan bukti adalah salah satu mekanisme paling umum dalam kasus kecerdasan buatan (AI),” kata peneliti Google dalam studinya, lapor Futurism Senin (8/7/2024).
“Cara-cara ini banyak yang digunakan untuk mempengaruhi opini publik, menipu, atau mencari keuntungan,” lanjutnya.
Masalah ini diperburuk oleh fakta bahwa platform AI menjadi semakin canggih dan mudah diakses tanpa memerlukan kecerdasan tingkat tinggi. Tentu saja sebagian besar pengguna internet tidak dapat membedakan antara konten asli dan konten buatan AI.
“Produksi massal konten sintetis berkualitas rendah, mirip spam, dan berbahaya meningkatkan keraguan masyarakat terhadap informasi digital dan membebani pengguna dengan tugas autentikasi,” tulis peneliti Google.
Parahnya lagi, peneliti Google mengatakan sering kali selebriti mengabaikan berita atau cerita negatif tentang diri mereka yang diciptakan oleh AI.
Menariknya, laporan Google ini tidak membahas fitur AI mereka yang kontroversial. Belum lama ini, kemunculan kecerdasan buatan di mesin pencari Google mengejutkan netizen karena jawabannya yang aneh dan tidak konsisten.
Misalnya, AI Review menyarankan pengguna untuk menggunakan lem tidak beracun untuk menempelkan keju pada pizza, atau menyarankan agar “ahli geologi” makan sepotong batu kecil setiap hari. Hasil pencarian asing segera dihapus dan fiturnya dibatasi. Tonton video “Google Mendekati Budaya Global dengan AI” (vmp/vmp)