Jakarta –

Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim dengan senang hati menjadikan kampusnya ‘pabrik’ produksi uang palsu. Faktanya, para ahli mengatakan tidak mungkin membuat uang palsu yang “sempurna”, karena akan selalu ada celah yang terlihat.

Direktur keamanan siber Vaccinecom Alfons Tanujaya mengatakan kepada detikINET bahwa sulit untuk menganggap dokumen palsu sebagai dokumen asli. Betapapun rumitnya peralatan dan teknologi produksi.

“Betul (pasti ada jalan untuk ketahuan – Redaksi), hal ini terjadi karena bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan uang asli seperti kertas, tinta dan benang khusus menghasilkan uang palsu, padahal dijual bebas dan sangat sulit untuk ditiru. Perlu dicatat bahwa kedua dokumen ini “asli dan palsu” jika dibandingkan secara langsung, terutama jika menggunakan kaca pembesar atau orang yang berpengetahuan dan kenalan yang menangani uang sebagai donatur. secara finansial,” kata Alfons.

Model pendapatan yang dihias juga mempersulit penerbit tradisional untuk mengejarnya.

“Sebenarnya membuat uang palsu itu sangat sulit dan jika dicek, meskipun menggunakan mesin pencetak uang palsu yang canggih, Anda bisa melihatnya karena bahan yang digunakan untuk membuat uang asli tidak dijual secara cuma-cuma, seperti kertas dan benda lainnya. bahan lainnya. tinta,” jelasnya.

Ada juga ‘kelompok’ perusahaan mata uang kripto yang benar-benar memengaruhi hasil mata uang kripto. Menurut Alfons, beberapa pemalsu menggunakan teknologi yang mudah ditemukan, seperti pemindai dan printer konvensional. Namun, ada juga orang yang “rela” menggunakan teknologi dan mesin canggih seperti printer.

“Ini terutama ditemukan di Tiongkok,” tambahnya.

Sel uang palsu UIN Alauddin Makassar mulai beroperasi pada Oktober 2022. Pembuatan uang palsu tersebut bermula pada tahun ini saat para tersangka berkomunikasi di WhatsApp Group.

Pada September 2024, mesin pencetak uang palsu dipindahkan di dalam kampus UIN Alauddin Makassar di Kabupaten Gowa. Pemasangan printer tersebut dilakukan di kampus atas partisipasi Direktur Perpustakaan UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim (AI). Andi membeli mesin cetak uang palsu senilai Rp 600 juta.

Uang palsu pertama kali diproduksi oleh tersangka berinisial AS di Kota Makassar. Saat itu, cara mencetak uang palsu masih menggunakan printer kecil.

“Atas nama Amerika Jalan Sunu Makassar, karena mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka memesan peralatan yang lebih besar seharga Rp 600 juta yang mereka beli di Surabaya, namun peralatan tersebut dipesan dari China,” kata Gowa. . Kapolres AKBP Rheonald T Simanjuntak saat jumpa pers di Polres Gowa, dilansir detikSulsel, Kamis (19 Desember 2024). Simak video “Video: 2 ASN Provinsi Sulbar Terlibat Kasus Uang Palsu UIN Makassar” (ask/ask)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *