Jakarta –
Rafah, wilayah paling selatan Jalur Gaza, dimanfaatkan masyarakat untuk menghindari agresi tentara Zionis. Gambar satelit menunjukkan kota yang penuh tenda. Serangan tanpa pandang bulu yang dilakukan tentara Israel terhadap kamp pengungsi di Rafah menuai kecaman dari seluruh dunia.
Akibat ledakan tersebut, tenda pengungsi terbakar. Pihak Palestina melaporkan sekitar 50 orang tewas dan 249 orang luka-luka. Kebrutalan tersebut terlihat dari tenda-tenda pengungsi yang hancur dilalap api dan kondisi para korban yang memprihatinkan.
Dikutip detikINET dari Associated Press, Kamis (30/5/2024) Rafah pernah menjadi rumah bagi sekitar 280.000 orang sebelum Israel menyerang Jalur Gaza. Populasi Rafah juga akan mencapai 1,5 juta jiwa seiring kedatangan pengungsi pada Januari 2024.
Tenda-tenda bermunculan di seluruh kota untuk menampung para pengungsi. Dilihat dari rekaman satelit dari Planet Labs, Kota Rafah masih terlihat normal pada pertengahan Oktober 2023.
Namun, di awal tahun 2024, semuanya akan sangat berbeda. Tenda pengungsi bermunculan di sekitar Rafah, daerah yang awalnya dianggap aman dari sasaran Israel.
Namun Israel belum puas setelah menimbulkan kerusakan besar dan puluhan ribu korban jiwa. Mereka kini menargetkan Rafah dan mengabaikan kritik internasional. Sejauh ini, dilaporkan 36.050 orang tewas di Gaza akibat serangan Israel.
Misalnya, di Paris, sekitar 10.000 orang melakukan protes di dekat kedutaan Israel. Mereka memprotes serangan Israel terhadap kamp pengungsi Rafah. Francois Rippet dari Asosiasi Solidaritas Perancis-Palestina, yang mengorganisir protes tersebut, mengatakan “ini adalah pembantaian besar-besaran”.
Simak daftar selebriti dunia yang ikut serta dalam video “All Eyes on Rafah” (fyk/fay).