Jakarta –

Elon Musk mengatakan bahwa kecerdasan buatan, atau AI, akan mengambil alih pekerjaan manusia. Namun, ini bukanlah hal yang buruk. Mengapa?

“Mungkin tidak ada di antara kita yang akan memiliki pekerjaan,” kata Elon Musk tentang kecerdasan buatan pada konferensi teknologi VivaTech di Paris, seperti dikutip detikINET CNN.

Elon Musk lebih lanjut menjelaskan bahwa di masa depan pekerjaan akan bersifat opsional, yaitu pilihan manusia atau bukan suatu keharusan, karena kecerdasan buatan menjadi lebih umum.

“Jika ingin melakukan pekerjaan yang dekat dengan hobi, bisa saja. Namun jika tidak, AI dan robot akan menyediakan barang dan jasa apa pun yang Anda inginkan,” kata Musk.

Ia menjelaskan bahwa agar skenario ini berhasil, diperlukan “sistem universal berpendapatan tinggi”. Namun, hal ini berbeda dengan pendapatan dasar universal, meskipun tidak menjelaskan seperti apa jadinya. (UBI, atau Pendapatan Dasar Universal, berarti pemerintah memberikan sejumlah uang kepada setiap orang, berapa pun penghasilannya.)

“Tidak akan ada kekurangan barang dan jasa,” tambahnya.

Selama beberapa tahun terakhir, kemampuan kecerdasan buatan telah berkembang begitu pesat sehingga regulator, dunia usaha, dan konsumen terus mencari cara untuk menggunakan teknologi tersebut secara bertanggung jawab. Kekhawatiran juga terus meningkat mengenai bagaimana berbagai industri dan pekerjaan akan berubah seiring dengan kemajuan kecerdasan buatan di masyarakat.

Pada bulan Januari, peneliti MIT menemukan bahwa adopsi AI di beberapa tempat kerja lebih lambat dari perkiraan. Mereka juga melaporkan bahwa mengotomatisasi banyak pekerjaan yang dianggap rentan terhadap AI tidaklah efektif dari segi biaya.

Para ahli percaya bahwa pekerjaan yang memerlukan kecerdasan emosional dan interaksi antarpribadi, seperti profesional kesehatan mental, pekerja kreatif, dan guru, tidak perlu diganti.

Musk sendiri sempat mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kecerdasan buatan. Dalam pidatonya pada hari Kamis, dia menyebut teknologi sebagai ketakutan terbesarnya.

Dia mengutip “Seri Buku Budaya” karya Ian Banks, sebuah visi utopis fiksi tentang masyarakat yang diatur oleh teknologi maju, sebagai gambaran terbaik dan paling realistis dari kecerdasan buatan di masa depan.

Namun di masa depan tanpa pekerjaan, Musk bertanya-tanya apakah orang akan merasa puas secara emosional.

“Pertanyaannya adalah tentang makna. Jika komputer dan robot dapat melakukan segalanya lebih baik dari Anda, apakah hidup Anda bermakna? Saya pikir manusia masih dapat berperan dalam hal ini, dan jika demikian, kita dapat menjadikan AI relevan.” Dia menjelaskan.

Dia juga menggunakan waktunya di atas panggung untuk mendorong orang tua membatasi akses anak-anak mereka ke media sosial, karena platform tersebut dirancang oleh kecerdasan buatan untuk meningkatkan kadar dopamin.

*Artikel ini ditulis oleh Mohammad Frizki Pratama, salah satu peserta program magang bersertifikat Kampus Merdeka detikcom. Tonton video “Elon Musk akan membuat superkomputer untuk menjalankan chatbot Grok” (fyk/afr)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *