Jakarta-
Telegram telah mengubah beberapa kebijakan privasinya terkait konten dan pengguna yang melanggar aturan. Telegram kini akan membagikan data penggunanya kepada pemerintah jika menerima permintaan resmi.
Berdasarkan halaman privasi terbarunya, Telegram menyebutkan bahwa data pengguna hanya akan dirilis setelah menerima perintah resmi dari otoritas terkait yang mengonfirmasi bahwa salah satu penggunanya terlibat dalam aktivitas kriminal yang melanggar ketentuan layanan platformnya.
Mereka kemudian akan menganalisis surat perintah tersebut dan mungkin menyerahkan data pengguna seperti nomor telepon dan alamat IP kepada otoritas terkait.
Perubahan tersebut diumumkan tak lama setelah pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov ditangkap oleh penegak hukum Prancis atas tuduhan mengizinkan aktivitas ilegal di platformnya. Durov kini telah dibebaskan tetapi dilarang meninggalkan Prancis.
Dalam postingan di Telegram, Durov mengatakan perubahan itu dilakukan untuk mencegah penjahat menyalahgunakan fungsi pencarian di platform perpesanan tersebut.
Fitur pencarian Telegram memungkinkan pengguna untuk mencari saluran publik dan bot, namun Durov mengatakan beberapa pengguna menggunakan fitur tersebut untuk menjual barang ilegal.
“Kami mengklarifikasi bahwa alamat IP dan nomor telepon pelanggar dapat dirilis ke otoritas terkait sebagai tanggapan atas permintaan hukum yang sah,” tulis Durov pada Selasa, seperti dikutip The Verge, Selasa (24/9/2024). .
“Kami tidak akan membiarkan individu yang tidak bertanggung jawab mengkompromikan integritas platform kami untuk hampir satu miliar pengguna,” lanjutnya.
Di masa depan, Telegram akan mengumumkan apakah mereka akan memberikan data pengguna kepada pihak berwenang dalam laporan transparansi triwulanan.
Selain perubahan kebijakan privasi, Durov mengatakan moderator Telegram kini menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi dan menghapus konten bermasalah dari fungsi pencarian.
Belum lama ini, Telegram mengubah fitur “Orang Terdekat” menjadi hanya menampilkan aktivitas sah, bukan bot atau penipu. Mereka juga menangguhkan fitur unggahan media pada layanan blog anonim Telegraph. Tonton video “Video: Telegram berencana mengubah kebijakan privasi pengguna” (vmp/vmp)