Lampung Selatan –
Teknologi dapat mengubah dan mengurangi beban manusia. Misalnya saja nelayan di Lampung yang menggunakan teknologi pemberian pakan otomatis untuk membantu memberi makan ikannya.
Dalam perjalanannya kali ini, Detikkom diundang oleh BAKTI Komdigi untuk melakukan investigasi sejauh 86 km dari kota Bandar Lampung. Sekitar 1 jam 40 menit kami sampai di Desa 008, Desa Gedong, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Kami disambut langsung oleh perwakilan Kelompok Budidaya Ikan Margo Rejo Semarang Jaya (POKDAKAN). Salah satu pendamping kami adalah Jasmo (53).
“Dulu hanya sekedar menanam, tapi pendapatannya tidak mencukupi,” kata Jasmo. Untuk menanam tanaman, pendapatan maksimalnya berkisar Rp 2 juta per tahun.
Suatu hari, pemerintah setempat membantu membangun sebuah kolam. Awalnya mereka memulai dengan kolam kecil yang penuh dengan ikan lele. Untungnya, kucing itu tumbuh dengan baik di desa istana.
Namun perawatan kolam renang tidaklah mudah. Sapi harus diberi makan 2-3 kali sehari. Bahkan terkadang harus dilakukan pada tengah malam saat masa panen sudah dekat. Suatu ketika, Jasmo dan teman-temannya memberi makanan saat hujan.
“Tapi setelah feeder, tenaga kami terbantu,” ujarnya sambil tertawa. Alhamdulillah energi kami berbeda dari dulu.”
Tidak hanya hujan dan panas, para petani juga harus membawa puluhan kilogram pakan untuk didistribusikan ke tambak. Tiga kolam membutuhkan sekitar tiga kantong besar, katanya.
“Itu pagi dan sore,” ujarnya. Tas (sekitar 30 kg). “Meski kami (pemetik) punya tujuh lubang, ada pula yang enam lubang.”
Maka dari itu, BAKTI menjadikan industri perikanan sebagai salah satu prioritasnya dan hadir membantu para petani di sana dengan memperkenalkan smart autopilot dari eFishery. BAKTI bersama eFishery berkomitmen untuk mencari solusi mendasar dari para pelaku usaha di sektor tersebut.
Kendaraan otonom cerdas adalah perangkat yang didukung dan terhubung ke Internet (Internet of Things atau IoT). Alat ini digunakan dengan aplikasi eFishery. Jadwal pemberian makan dapat disesuaikan. Efisiensi pakan dapat dicapai tidak hanya dengan memberi tetapi juga dengan mengumpulkan data.
Jasmo mengatakan, butuh waktu bagi masyarakat untuk menyesuaikan diri. Namun ketika mulai menyadari manfaat perangkat IoT ini, Jasmo dan warga Desa Orda akhirnya memutuskan untuk menggunakan eFeeder.
“Tadi dalam empat bulan terakhir, ikan per kilonya masih lima ekor,” ujarnya. Tidak sekarang. Setidaknya tiga, yang terkecil. “Ada empat, tapi tidak banyak.”
Sejauh ini BAKTI telah berinvestasi pada 15 alat eFeeder untuk petani di Desa Orda. Ia berharap pemerintah terus meningkatkan fokusnya terhadap peternak dalam bentuk pakan ikan yang lebih murah.
“Kalau bisa tolong bantu kami, (harganya) jangan terlalu mahal,” ujarnya. “Kami menentang pakan kami.” Saksikan video “Antusiasme Peserta Pelatihan Bahasa Trip Sumenep” (ask/fic)