Jakarta –

Pencemaran udara merupakan permasalahan lingkungan yang perlu diatasi karena meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan, salah satunya risiko kanker paru-paru.

Dokter spesialis paru dr Erlang Samudero, SpP(K), mengatakan hanya 8,7 persen penduduk perkotaan di Indonesia yang menghirup udara berkualitas baik.

Sumber pencemaran udara di banyak wilayah di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, lanjutnya. Hal ini termasuk batu bara, emisi kendaraan, transportasi, industri dan pembakaran biomassa.

“Jadi, rata-rata kadar PM 2,5 (kota) di atas 15 mg/m3. Jadi kota-kota besar punya polusi udara, salah satu risiko kanker paru-paru.” ujarnya dalam webinar dalam rangka Hari Kanker Sedunia. Paru, Kamis (8 Januari 2024).

Ia melanjutkan: “Jika kita melihat datanya, kita melihat sekitar 12-24 persen, jadi sekitar 15 persen berisiko terkena kanker paru-paru. Tapi risikonya tidak sebesar merokok.”

Mengutip laporan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), Dr Erlang mengatakan partikel PM di udara yang tercemar bersifat karsinogenik dan dapat meningkatkan risiko kanker, termasuk kanker paru-paru.

Ia mengatakan pada tahun 2010, sekitar 3,2 juta kematian di seluruh dunia disebabkan oleh polusi udara.

“Dan sekitar 223.000 kasus disebabkan oleh kanker paru-paru,” ujarnya.

Tak hanya itu, dr Erlang juga mengungkapkan penelitian di Indonesia yang dilakukan di RS Parshabatan pada September 2012 – November 2013. Akibatnya, sekitar 300 kasus kanker paru-paru berhubungan dengan polusi udara.

“Jadi 4 persen dari seluruh kanker paru-paru di rumah sakit ramah terkait dengan polusi udara,” tambah Dr. Erlang. Saksikan video “IDI Bicara Dampak Buruk Polusi Udara: Kematian Mendadak Pneumonia” (suc/suc)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *