Jakarta –
Read More : Kenangan Betrand Peto Susahnya Dapat Uang Rp 2 Ribu untuk Naik Angkot
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengungkapkan bahwa Israel membutuhkan pengakuan sebelum Indonesia dapat menjadi anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
ED Prio Pambudi, Deputi Direktur Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Perekonomian mengatakan Israel menolak keanggotaan Indonesia di OECD, demi mencari pengakuan. Hal ini langsung ditolak oleh Indonesia.
“Sebenarnya negara (Israel) tidak memblokirnya. hanya ingin penerimaan Posisi kami dengannya jelas. Kami sudah menjelaskannya kepada mereka. Kita diinformasikan oleh sejarah masa lalu. Bahkan di masa Pak Ali,” Alatas (mantan Menteri Luar Negeri) “Kami sudah diberitahu kondisinya,” kata ED dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (30/5/2024).
ED mengatakan penolakan pengakuan ini hanya dalam konteks pengakuan antar pemerintah. Dan opini masyarakat Indonesia terhadap Israel telah memburuk.
Hal ini merupakan dampak dari serangan Israel terhadap Palestina. Baru-baru ini, tentara Israel menyerang kamp pengungsi di Rafah.
“Bukan masalah identitas yang diputuskan oleh pemerintah. Tapi apa yang menjadi cap masyarakat kita,” ujarnya.
AD percaya bahwa sebagai anggota OECD, Israel harus mematuhi tiga pilar organisasi: Nilai, Visi dan Prioritas. Israel juga harus mematuhi Prinsip Mempromosikan Perdamaian OECD.
“Melakukan hal seperti itu (menyerang) itu bagian dari nilai-nilai ya? Mari kita melihat ke belakang. Ini mencerminkan bahwa Indonesia tidak boleh hanya menjadi anggota (OECD),” ujarnya.
Meski Israel menolaknya, sebagian besar dari 37 negara lainnya mendukung penuh aksesi Indonesia ke OECD. Indonesia telah menerima rencana aksesi pada pertemuan tingkat menteri OECD pada 2-3 Mei 2024 dan akan menyiapkan nota kesepahaman awal yang rencananya akan ditandatangani diselesaikan dalam 250 hari ke depan (Bantuan/Das)