Jakarta –

Anggota Komisi VI DPR RI bertanya kepada Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Nico Kanter soal agenda rapat umum dengan Holding BUMN Pertambangan MIND ID. Wakil rakyat ramai mempertanyakan kejelasan kasus dugaan penipuan emas 109 ton yang diusut Kejaksaan Agung (Kedjagung).

Anggota Komisi VI Fraksi Partai Demokrat Herman Charon awalnya menyatakan pemberitaan nama enam tersangka itu sangat berbahaya bagi Antam. Gara-gara pemberitaan tersebut, kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan bisa jadi menurun.

“Ketika masyarakat mengetahui emas 109 ton itu palsu, berarti merek Antom sudah terpuruk, kehilangan kepercayaan masyarakat bahwa Antom yang berkinerja baik tidak hanya memproduksi emas batangan yang bernilai tinggi, bahkan emas kecil dengan berat 0,1 –0,2 gram palsu. kecil sekali yang digandrungi masyarakat,” ujarnya di Kompleks DPR RI, Senyang, Senin (06/03/2024).

Herman kemudian menilai jika Antam tidak transparan maka kepuasan masyarakat terhadap perusahaan akan menurun. Ia mengaku belum puas dengan pernyataan Antam.

Sementara itu, Muhammad Husni, anggota komisi VI Fraksi Partai Gerindra, mengatakan hal serupa. Menurut dia, jumlah emas sebanyak 109 ton itu sangat besar. Jika dipecah menjadi 1 gram emas, tersisa 109 juta keping emas mentah yang bisa jadi palsu.

Terkait hal tersebut, Husni mengatakan perusahaan perlu menjelaskan permasalahan yang ada secara gamblang. Sebab masyarakat sangat bergantung pada emas Antam sebagai produk investasi.

“Umumnya masyarakat Indonesia, masyarakat pedesaan, ingin menunaikan ibadah haji dan mengumpulkan emas. Jika hal ini tidak dikomunikasikan maka kepercayaan masyarakat bisa merosot dan terpuruk,” jelasnya.

“Kami sayang Antam Pak, karena dia sudah sangat bagus. Tingkat kepercayaan masyarakat luar biasa. Jadi untuk hal-hal seperti ini silahkan, mau tidak mau Nico perlu turun lapangan untuk mengurangi masalah buruknya,” lanjutnya. . Tanggapan CEO Antam

Menanggapi tanggapan anggota dewan, Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Nico Kanter menegaskan, pada prinsipnya Antam dan Kejaksaan Agung sepakat tidak ada emas palsu yang beredar di masyarakat.

Nico mengatakan, yang kini dimaksud adalah proses peleburan stempel emas atau proses perizinannya yang tidak dipungut biaya.

Oleh karena itu, harus kami jelaskan dan Kejaksaan menyetujuinya, tidak ada emas palsu. Ini sangat penting, karena saya tidak punya waktu untuk menyiapkan argumen lain, tegasnya.

“Pak Kuhn (Kuntadi, Direktur Divisi Kriminal Khusus Jaksa Agung) tidak menyebut emas palsu itu. Oleh karena itu, Kapuspen (Kepala Pusat Penerangan Hukum) bukanlah emas palsu. Kualitasnya dianggap rendah. Lisensi merek dilarang. Memang benar pendapat jaksa,” lanjutnya.

Di sisi lain, dia menjelaskan usai membaca laporan jaksa, Niko menyebut merek dan logo Antam merupakan hak eksklusif PT Antam Tbk. Oleh karena itu, penggunaan grade Antham dalam proses produksi emas kini sedang dipelajari dan diteliti.

“Nah, ini masih kami selidiki dan kami ingin membuktikan bahwa die-melting memang bagian dari jasa manufaktur. Namun saya tidak bisa mengatakan sekarang bahwa semua ini didukung oleh penelitian atau praktik yang kita lihat kembali. Karena datanya juga tidak mudah untuk kami kumpulkan,” ujarnya.

Selain itu, Niko juga mengklarifikasi informasi bahwa emas yang dicetak pihak ketiga mengganggu pasar logam mulia Antam sehingga menimbulkan banyak kerugian.

Sementara itu, Niko menyatakan perseroan tidak mengalami kerugian. Sebab, jika melihat sumber datanya, perusahaan tidak mencatatkan kerugian. Ia bahkan menilai Antam berhasil meningkatkan kinerjanya.

Namun, Niko menjelaskan, pihaknya belum bisa mengambil kesimpulan pasti mengenai hal tersebut. Sebab Antam masih melakukan penelitian dan penelitian mendalam.

“Jika pada akhirnya pihak ketiga yang tidak ada hubungannya dengan Antam bisa menyatukan mereknya, maka Antam akan menang. Tapi apakah rugi jika dia menang? Kalau kita lihat data mentahnya, tidak ada kerugian. Performanya juga sudah membaik, tapi bisa saya katakan “tidak ada kerugian (yang terjadi) atau mungkin keuntungannya akan jauh lebih banyak, saya tidak bisa melaporkannya sekarang karena data dan penelitian yang belum kami berikan. “dia menambahkan. (rd/sentuh)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *