Jakarta –
Read More : Viral Reaksi Kylian Mbappe Lihat Patung Lilin Dirinya
Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia memaparkan perkembangan Indonesia dan rendahnya inflasi kepada para pelajar. Hal itu diungkapkannya saat memberikan kuliah di Perguruan Tinggi Nadhatul Ulama Universitas Islam As-Syafi’iyah, Jawa Barat.
Pertama, Bahlil menjelaskan saat ini perekonomian dunia sedang tidak stabil. Hal ini disebabkan banyaknya konflik regional seperti perang Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina di tengah perekonomian dunia yang masih dalam tahap pemulihan dari wabah Covid-19. Akibat konflik geopolitik, harga minyak dan pangan meroket.
“Bahkan saat ini pun belum ada ekonom yang bisa memprediksi bagaimana perekonomian dunia ke depan,” kata Bahlil dalam laman YouTube Kementerian Investasi, Jumat (31/05/2024).
Menariknya, kata Bahlil, perekonomian Indonesia bisa tumbuh lebih dari 5%. Di antara negara-negara G20, hanya Tiongkok dan India yang mencapai angka tersebut. Oleh karena itu, Bahlil menilai hal ini menjadi tanda bahwa perkembangan ekonomi Indonesia berhasil mengalahkan Eropa, Jepang, Korea, dan Amerika Serikat.
“Lalu bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama? Dan ingat, saudara-saudara, di kuartal pertama antara tahun 2023 dan 2024 ini, orang selalu mengatakan bahwa ini adalah tahun politik yang harus ditunggu dan dilihat, namun kita juga bersyukur. Pertumbuhan ekonomi kita 5,11% “Dan ini merupakan salah satu pertumbuhan ekonomi terbaik di dunia,” ujarnya.
Di sisi lain, Bahlil mengatakan inflasi di Indonesia juga rendah dibandingkan negara lain. Tingkat inflasi di Indonesia hanya 3%, sedangkan tingkat inflasi di Turki sebesar 68%, dan di Argentina hampir 300%.
Negara lain seperti Meksiko, Brazil, Afrika dan India mengalami inflasi. Oleh karena itu, Bahlil, masyarakat patut bersyukur karena inflasi di Indonesia tidak begitu tinggi.
“Dan kita berada dalam rezim inflasi yang baik. Dan semua ini terjadi karena kepemimpinan yang baik. Makanya kalau memilih presiden yang tidak paham arah bangsa dan negara, maka rakyatlah yang jadi korban,” tuturnya. . lengkap. (rd/rir)