Jakarta –
Pariwisata di Bali sedang tidak berjalan baik. Meski media asing menilai Pulau Dewata Kita karena pariwisatanya yang berlebihan, namun juga disebut-sebut menghadapi masalah prostitusi di internet.
Penilaian Bali terhadap overtourism dimuat dalam opini Chanel News Asia pada 14 April 2024. Media yang berbasis di Singapura bertanya, ‘Bukankah ini Bali yang lama? ‘Inilah yang dilakukan pariwisata berlebihan terhadap pulau itu’.
Artikel tersebut menyoroti transformasi Bali saat ini. Hal ini termasuk pembangunan yang berlebihan, kelebihan populasi ditambah pengunjung dan kemacetan lalu lintas yang tidak dapat dihindari yang tidak ada hubungannya dengan perencanaan kota.
Ya, kemacetan sudah menjadi pemandangan umum di Bali belakangan ini. Catatan penting bagi Bali, pada akhir tahun lalu, wisatawan sulit tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai karena kemacetan jalan.
Bali juga gagal melestarikan hijaunya persawahan yang sudah lama menarik wisatawan. Laporan tahun 2018 dari lembaga nirlaba Transnational Institute di Amsterdam memperkirakan bahwa Bali telah kehilangan 1.000 hektar (1.400 lapangan sepak bola) lahan pertanian untuk pembangunan setiap tahun selama 15 tahun terakhir. Video yang menampilkan perbedaan Canggu dulu dan sekarang ini juga memperlihatkan bagaimana lahan hijau menjadi tempat tinggal.
Bali juga masuk dalam laporan World Travel and Tourism Council (WTTC). Sebenarnya untuk periode Januari-November 2023. Situasi serupa juga terjadi di kota-kota lain seperti Athena (Yunani), Paris (Prancis), dan Phuket (Thailand).
Dinas Pariwisata Bali sepertinya belum menyadari hal ini. Tjok Bagus Pemayung, Kepala Dinas Pariwisata Bali, mengatakan banyaknya kunjungan wisatawan tersebut karena adanya peningkatan wisatawan.
Saat diwawancarai detikTravel pada April lalu, Pemayun mengatakan, “Secara keseluruhan belum terjadi overtourism di Bali. Permasalahan yang ada saat ini adalah wisatawan terkonsentrasi di kawasan tertentu seperti Kuta, Nusa Dua, dan Sanur, salah satunya di Bali Selatan. .” dikatakan. . 23.
Masalah overtourisme masih belum terselesaikan; Bali sedang menghadapi kebangkitan Pekerja Seks Online (PSK). Maraknya pelacur online di Bali terkait dengan industri pariwisata.
“Faktanya, tidak hanya perkembangan pariwisata di Bali dan industri pariwisata di Bali saja yang menyebabkan jumlah PSK online semakin meningkat. Daerah-daerah lain yang tidak termasuk dalam industri tersebut juga turut andil dalam perkembangan PSK online. Itu salah satu alasan yang mendukung berkembangnya prostitusi internet,” kata pengamat sosial Universitas Udayana I Gusti Ngurah Agung Krisna di detikBali, Senin (6/5).
“Permintaannya menjadi lebih mudah tanpa perlu lokalisasi. Dengan alat yang terkoneksi internet, mereka bisa mencari kandidat yang sesuai dengan kebutuhan biologisnya. Mereka juga harus membayar sesuai dengan apa yang ditawarkan dan besaran uang yang harus dibayarkan.” .
Penilaian ini muncul setelah dua pembunuhan terjadi pada hari yang sama di Kuta dan Denpasar. Dua orang yang menawarkan jasanya melalui aplikasi MiChat diduga merupakan PSK online. Muncul pertama kali di Kuta Badung pada Jumat (3/5/2024) pagi. Wanita bernama RA itu dibunuh oleh Amrin Al Rasyid Pane yang memanfaatkan jasanya. Saksikan video “Bagaimana Kemenparekraf WWF Cegah Overtourism di Bali” (fem/fem)