Jakarta –
Indonesia akan mengimpor 1 juta ekor sapi perah pada tahun 2025. Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan ada lima negara yang mengimpor sapi perah.
Kita ingat, impor sapi perah bukan dilakukan oleh negara, melainkan oleh perusahaan. Rencananya, akan dikembangkan 1 juta ekor sapi perah di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging. Kebutuhan susu sapi ini untuk mendukung program Pangan Bebas Gizi (MBG) yang diusung Presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Sapi impor tersebut berasal dari banyak negara yaitu Australia, Brazil, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Meksiko. Negara-negara tersebut merupakan pemasok utama sapi impor di Indonesia,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) PKH. Kementerian. Pertanian Agung Suganda dalam keterangannya kepada detikcom, Kamis (10/10/2024).
Agung mengatakan Kementerian Pertanian telah mendapat komitmen investasi dari 53 perusahaan untuk beternak 1 juta ekor sapi perah.
“Perusahaan yang mengikuti program ini beragam, baik perusahaan besar dalam negeri, usaha kecil, bahkan investor baru asing. Selain itu, ada skema kemitraan yang mengikutsertakan peternak yang sudah bekerja dan berminat mengembangkan usahanya,” ujarnya. . menjelaskan
Untuk meningkatkan produksi susu nasional, pada tahun 2025 hingga 2029, kedatangan 1 juta ekor sapi perah akan dilaksanakan secara bertahap. Impor sapi perah seluruhnya dilakukan oleh badan usaha (swasta) tanpa melibatkan APBN. Impor tahap pertama sebanyak 200 ribu ekor sapi perah pada tahun 2025.
“Tambahan impor pada tahun-tahun berikutnya: 300.000 ekor (2026), 400.000 ekor (2027), 100.000 ekor (2028), hingga 1 juta ekor lagi masuk pada 2029,” ujarnya.
Untuk mendukung perusahaan yang mengembangkan sapi impor dalam negeri, Kementerian Pertanian telah membuat peta lahan strategis untuk pengembangan peternakan dan produksi susu di berbagai pulau di Indonesia.
Tempat-tempat tersebut tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, ujarnya.
Kementerian Pertanian menyebutkan, pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada beberapa faktor utama, seperti ketersediaan sumber air yang memadai, jarak yang relatif dekat dengan pelabuhan atau bandara untuk memudahkan distribusi, dan infrastruktur pendukung peternakan.
“Dengan bantuan peta ini, calon investor akan mendapatkan gambaran jelas mengenai potensi lahan di berbagai daerah sehingga dapat berinvestasi secara tepat dan terencana,” tutupnya.
Lihat: Kementan gandeng 36 perusahaan siap mendatangkan sapi untuk susu gratis
(batang/foto)