Jakarta –
Surabaya, kota yang terkenal dengan sejarah dan keindahannya, mengalami cuaca yang sangat panas sehingga membuat warganya merasa tidak nyaman. Namun di tengah situasi yang penuh tantangan ini, generasi muda Surabaya melihat adanya peluang untuk berinovasi.
Daripada mengeluh, cuaca panas di Surabaya menginspirasi Neilson Soeratman untuk membuat aplikasi tersebut. Dan tiba-tiba aplikasi yang dibuat memenangkan Swift Student Challenge, sebuah kompetisi bergengsi yang diselenggarakan oleh Apple.
Sedikit detailnya: Swift Student Challenge adalah bagian dari Worldwide Developers Conference (WWDC). Kompetisi ini diadakan setiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada pengembang muda berbakat dari seluruh dunia.
Cuaca Surabaya panas
Bagi Neilson, ini merupakan kali kedua ia mengikuti Swift Student Challenge. Dia kurang beruntung saat mengikuti kompetisi tahun lalu.
Kehilangan ini dijadikan bahan meditasi. Dia mempelajari hal-hal yang menghalanginya untuk menang.
“Meski kalah, saya belajar lebih banyak dari sana dan mendapat ilmu baru,” kata pemain berusia 22 tahun itu.
Saat Swift Student Challenge 2024 berlangsung, Neilson merasa tertantang. Dia akhirnya kembali ke kompetisi.
“Saya orang yang suka tantangan. Ketika tantangan itu datang lagi, saya ingin belajar lebih banyak,” ujarnya.
Lucunya, saat Swift 2024 Student Challenge, Neilson menemui jalan buntu dalam mencari ide. Untung saja cuaca hangat menerpa Kota Pahlawan, malam ini muncul ide klaim yang ingin ia sampaikan.
“Pantas saja di Surabaya panas sekali, kalau pakai AC pun tidak membuat saya berkeringat. Pada akhirnya saya mencoba mengambil topik tersebut karena teringat dengan tagline di Apple Academy yang mengajarkan kita untuk melihat permasalahan apa saja yang ada. kita,” kata alumnus Universitas Ciputra ini.
“Karena permasalahan lingkungan hidup merupakan salah satu permasalahan yang menurut saya sangat mendesak, akhirnya saya putuskan untuk menerima permasalahan ini dengan melihat sekeliling dimana Surabaya sangat panas, dan begitu saja kita bisa melawan perubahan iklim, mengurangi tingkat panas lebih lanjut. Bumi, ” lanjutnya. Mengurangi konsumsi energi
Saat ini penggunaan kendaraan listrik menjadi salah satu upaya yang digalakkan untuk mengatasi perubahan iklim. Namun, tidak semua orang memilih kendaraan ini karena harganya yang mahal.
Neilson memutar otak untuk menemukan gerakan yang bisa dengan mudah diterapkan setiap hari. Menurut penelitian, salah satu cara untuk memerangi perubahan iklim adalah dengan mengurangi konsumsi energi, baik listrik maupun air.
“Karena di Indonesia sendiri, 81% energi dihasilkan menggunakan energi tak terbarukan, misalnya batu bara dan minyak bumi. Kalaupun menggunakan semua yang menghasilkan emisi karbon, saya melihat ini sepertinya bisa dilakukan. setiap hari,” jelasnya.
“Kita menggunakan listrik dan air, tidak mungkin bisa dihindari. Cara mengurangi konsumsi energi adalah dengan mematikan listrik dan air jika tidak digunakan. Jadi kita tidak menggunakan sama sekali tapi mengurangi energi yang terbuang. Dan akhirnya setelah itu saya teliti lagi, sepertinya ada sesuatu yang baru yang menurut saya sudah sangat jelas.
Setelah mendapatkan ide tersebut, Neilson mulai mengeksekusinya. Tantangan baru pun muncul, ia dihadapkan pada bagaimana menerjemahkan konsep yang ia buat beserta hasil penelitiannya ke dalam praktik yang mudah digunakan.
“Akankah aplikasi ini benar-benar berfungsi dan jika orang memainkan game saya, mereka akan memahami pesan yang ingin saya sampaikan,” ujarnya.
Untuk mengurangi hal tersebut, Neilson juga melakukan penelitian mengenai perhitungan harga konsumsi listrik dan air di Indonesia. Selain itu, ia mengukur emisi karbon yang dihasilkan saat keduanya digunakan.
“Saya ingin sekali menunjukkan fungsi ini agar masyarakat lebih paham kalau misalnya menggunakan listrik dalam jumlah besar, maka akan menghasilkan CO2 sebanyak itu, sehingga membuat krisis semakin terlihat,” ujarnya.
Setelah tiga minggu penelitian dan pengembangan, aplikasi Sluk selesai dibuat. Sebuah aplikasi gamifikasi game untuk anak-anak dimana setiap pemainnya ditantang untuk melakukan tindakan yang dapat menghemat tenaga dan energi.
“Aplikasi Shut-Off dimaksudkan untuk mengedukasi anak-anak tentang pentingnya penggunaan listrik yang efisien dengan pengalaman langsung yang menyenangkan,” jelas Neilson.
Aplikasi Shutdown sepertinya akan mencuri perhatian Apple. Raksasa teknologi asal Cupertino ini mengumumkannya sebagai pemenang Swift Student Challenge.
Neilson berencana untuk mengembangkan lebih lanjut Switch-Off.
“Fitur-fiturnya mungkin ditambahkan nanti untuk menguraikan bagaimana masyarakat dapat membantu melawan perubahan iklim,” katanya.
Tonton video “Apple membocorkan fitur iOS-macOS baru di WWDC 2024” (afr/afr)