Jakarta –

Pengusaha sukses seperti Calvin Hartono generasi kedua membawa Gado-Gado Boplo ke puncak kesuksesan. Kini produknya telah berhasil menembus pasar luar negeri di 7 negara.

Calvin Hartono, generasi kedua pemilik Gado-GadoBoplo, dengan antusias berbagi pembelajaran penting dalam perjalanan bisnisnya pada Exclusive Idepreneurs Session. Calvin menekankan pentingnya inovasi dan konsistensi untuk menjaga kualitas produk.

Perjalanan ini dimulai pada tahun 1970 dengan orang tua tunggal yang bekerja. Bermodal awal Rp500, ia mulai berjualan gado-gado seharga Rp25 di sebuah jalan kecil di kawasan Kebon Sirih. Setiap hari ia meracik bumbu kacangnya dengan tangan, mencampurkannya dengan lalapan yang menjadi ciri khas gado-gadonya.

“Dulu ibu saya berjualan gado-gado di jalan sempit dengan modal sedikit. Namun tekad dan kejujuran menjadi kunci utama kami bertahan hingga saat ini,” kata Calvin, dikutip Senin (16/12/2024). Salah satu hal menarik yang dibahas adalah bagaimana Gado-Gado Boplo mempertahankan keunikannya, yakni penggunaan kacang mete pada bumbu kacangnya. Inovasi ini didasari oleh permintaan seorang pelanggan pada tahun 1980-an yang membawa kacang mete untuk dicampur dengan gado-gado.

Eksperimen ini menciptakan cita rasa yang lebih autentik dan kaya, menjadikan kacang mete sebagai ciri khas Gado-Gado Boplo dan menjadi daya tarik tersendiri yang membedakan Gado-Gado Boplo dengan kompetitornya. Perubahan ini membawa popularitas yang besar sehingga mampu membuka beberapa cabang baru, antara lain Pujasera dan Lokasari.

Pada tahun 2004, Gado-Gado Boplo berubah dari warung sederhana menjadi restoran, berkat kerjasama dengan investor. Lokasi pertama restoran ini berada di Jalan Barito, Jakarta. Meski sempat terkendala operasional, namun usaha ini tetap bertahan.

Pada tahun yang sama, mereka juga mulai memperluas menunya dengan menawarkan hidangan lain, seperti sop ikan dan nasi timbel, dengan tetap menjadikan gado-gado sebagai menu utama.

Namun, pada tahun 2008, kemitraan dengan investor berakhir, dan properti tersebut dikembalikan ke pengelolaan keluarga dengan tetap menjaga kualitas.

“Sampai saat ini Gado-Gado Boplo masih mempertahankan cita rasa aslinya dengan sayuran yang selalu segar dan berkualitas,” ujarnya.

Tidak hanya fokus pada menu makanan, Gado-Gado Boplo juga melakukan inovasi di berbagai aspek seperti pelayanan, lingkungan restoran, dan personal branding.

Dalam membangun personal brand, Calvin rajin mempelajari berbagai ilmu di media sosial, ia juga telah menerbitkan dua buku. Selain itu, Calvin juga menjadi pembicara dan konsultan bagi wirausaha muda dan mahasiswa bidang kewirausahaan di berbagai universitas.

Pandemi yang terjadi pada tahun 2020 memang memberikan tantangan yang besar, namun Gado-Gado Boplo mampu bertahan dengan inovasi, serta memperkenalkan produk bumbu Gado-Gado yang kini sudah masuk ke 7 negara.

“Di masa pandemi ini, saya mengajari anak-anak cara membuat semur gado-gado secara online yang menjadi inspirasi pertama munculnya semur gado-gado instan,” ujarnya.

Dengan berbagai inovasi, strategi dan kemampuan berubah, serta kemampuan mempertahankan cita rasa dan pelayanan, Gado-Gado Boplo kini memiliki cabang berbeda dengan konsep modern dan akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang.

Selain berbagi kisah sukses, acara ini juga menjadi ajang diskusi inspiratif. Peserta secara aktif mengajukan pertanyaan mengenai tantangan yang mereka hadapi dalam perjalanan bisnis, termasuk bagaimana beradaptasi dengan perubahan pasar, membangun tim yang kuat dan menjaga hubungan baik dengan klien.

Dengan semangat dan kerja kerasnya, Calvin Hartono telah menunjukkan bahwa bisnis yang dimulai dari keterbatasan bisa tumbuh menjadi brand yang digandrungi masyarakat. “Saya yakin Tuhan selalu memberikan jalan bagi mereka yang berusaha. Jangan menyerah dan teruslah bermimpi,” ujarnya penuh harap.

Calvin berbagi nasehat bagi para wirausaha muda yang ingin memulai bisnis. Pertama, mulailah bisnis kecil-kecilan. “Jangan takut memulai dengan modal kecil. Yang penting stabilitas dan kepercayaan,” ujarnya.

Yang kedua adalah mengidentifikasi pasar. Pilih menu yang paling dekat dengan komunitas. Gado-gado merupakan salah satu contoh makanan populer yang disukai banyak kalangan. Ketiga, hindari utang berlebihan. Jika memungkinkan, hindari hutang saat memulai bisnis. Gunakan dana yang tersedia untuk mengurangi risiko.

Johannes Leonardo, Kepala Divisi Eksternal Idepreneurs, menambahkan sesi tersebut dirancang agar pengusaha kecil dapat mengambil pelajaran dan strategi nyata dari pengalaman para pengusaha sukses. “Mereka tidak sekedar mendengar teorinya, mereka melihat sendiri bagaimana sebuah bisnis yang dimulai dari awal bisa menjadi brand yang dicintai,” ujarnya.

Dengan semangat pertumbuhan dan kolaborasi, para anggota Idepreneurs pulang dengan membawa segudang inspirasi dari tur ini. Gado-Gado Boplo tidak hanya menjadi simbol kuliner Jakarta, namun juga merupakan simbol perjalanan kesuksesan yang dapat dicapai dengan kerja keras, inovasi, dan ketekunan. (rd/rir)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *