Jakarta –

Pavel Durov, CEO dan pendiri Telegram, berasal dari Rusia, namun memiliki beberapa kewarganegaraan lain, yaitu Prancis, Uni Emirat Arab, dan negara kepulauan St. Petersburg. Kitts dan Nevis.

Prancis menangkapnya setibanya di bandara Le Bourget, namun Rusia dan Uni Emirat Arab tak tinggal diam. Rusia meminta Prancis memberikan penjelasan atas penangkapan Durov dan kini Uni Emirat Arab pun angkat bicara.

Uni Emirat Arab mengatakan pihaknya mengikuti kasus Pavel Durov setelah dia ditangkap dan ditangkap kembali oleh otoritas Prancis. Durov saat ini tinggal di Dubai, yang juga merupakan rumah bagi kantor pusat Telegraph.

Dikutip detikINET dari Al Jazeera, Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab menyatakan telah mengirimkan permintaan kepada pemerintah Prancis untuk segera menyediakan seluruh layanan konsuler.

“Merawat warga negara, melindungi kepentingan mereka, memantau urusan mereka, dan menyediakan semua informasi adalah prioritas UEA,” kata badan tersebut.

Prancis dan UEA memelihara hubungan militer yang erat. Prancis mengoperasikan pangkalan angkatan laut di Abu Dhabi dan pasukan Emirat menggunakan tank Leclerc buatan Prancis dan jet tempur Rafale.

Di sisi lain, pihak berwenang Rusia marah terhadap tahanan Prancis, Durov. Yang lain mengutip pengaruh politik dan bukti standar ganda Barat mengenai kebebasan berpendapat.

Media Prancis melaporkan bahwa Durov ditangkap berdasarkan surat perintah penangkapan yang menyatakan Telegram dituduh melakukan pencucian uang, perdagangan narkoba, dan kejahatan lainnya. Berdasarkan hukum Prancis, Durov dapat tetap ditahan untuk diinterogasi hingga empat hari. Setelah itu, hakim harus memutuskan apakah akan menuntut atau membebaskan. Tonton video “5 poin untuk melindungi Telegraf tentang penangkapan Pavel Durov” (fyk / fay)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *