Jakarta –
Pemerintah berencana mengkonsolidasikan tujuh proyek pemerintah. Dalam pertemuan ini, pemerintah perlu memikirkan beberapa hal.
“Padahal harusnya runtut. Kenapa? Karena semua bermain di satu kawasan, sehingga terjadi kanibalisme, harga yang memakan orang,” kata Pengamat BUMN dari Datanesia Institute, Herry Gunawan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (20/1). 6/2024)).
Herry mengingatkan, tujuan konferensi harus bersifat jangka panjang, bukan sekedar menyelesaikan permasalahan yang ada saat ini. Ia mengatakan, apa yang dilakukan pemerintah saat ini seolah menyelamatkan perusahaan-perusahaan yang kondisinya sedang tidak baik.
“Karena mempunyai beban, maka tanggung jawabnya besar bagi perusahaan yang relatif sehat,” ujarnya.
“Pemerintah sudah punya pengalaman, coba sejauh mana integrasi yang dilakukan pemerintah. Tandanya integrasi berhasil, jangan ulangi kesalahan integrasi yang masih menimbulkan masalah,” lanjut Herry.
Rencana merger yang direncanakan pemerintah, pertama-tama, melibatkan penggabungan PT Adhi Karya (Persero) Tbk dengan PT Brantas Abipraya (Persero) dan PT Nindya Karya (Persero). Ketiga perusahaan tersebut akan bekerja sama untuk fokus pada proyek air, kereta api, dan lainnya.
Berikutnya adalah merger antara PT Hutama Karya (Persero) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Penggabungan Hutama Karya dan Waskita diharapkan dapat meningkatkan fokus perusahaan pada jalan tol, jalan tol, dan pembangunan infrastruktur.
Sedangkan pada sistem ketiga, rencananya akan dilakukan merger antara PT PP (Persero) Tbk dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Penggabungan kedua perusahaan akan fokus pada sektor pelabuhan, bandara, engineering, pengadaan dan konstruksi (EPC) serta perumahan.
Herry melihat peran investor, kreditur, dan pemegang saham harus diperhatikan secara serius dalam strategi integrasi yang dilakukan BUMN Karya. Herry mencontohkan kelompok integrasi Adhi Karya, Brantas Abipraya, dan Nindya Karya. Ia mengatakan, tidak boleh ada kesalahan dalam memilih ketua majelis karena investor, kreditor, dan pemegang saham bergantung pada reputasi, kejujuran, dan kepercayaan.
Pertanyaannya sederhana, siapa yang kenal Abipraya dan Nindya? Tapi dengan ADHI, orang sudah kenal, kata Herry.
Tonton juga videonya: Gerindra bisa jadi dua abdinya yang jadi komisaris BUMN: Lihat saja kepiawaiannya
(akd/gambar)