Ibukota Jakarta –

Pengendara sepeda motor di Jakarta terbukti tak kenal takut. Mereka terus berlari ke arah berlawanan meski ada mobil patroli polisi yang berpatroli.

Mobil polisi bukanlah mobil biasa. Di dalamnya ada perangkat elektronik portabel yang digunakan untuk menegakkan hukum lalu lintas (ETLE). Dari dalam mobil, polisi bisa menilang pengemudi yang melanggar lalu lintas.

X TMC menulis: “Anggota Tim Lalu Lintas Mobile Sat E-TLE Jakarta Selatan melakukan operasi tilang elektronik terhadap pengendara sepeda motor yang melanggar arah berlawanan dan tidak memakai helm di jalan Jl. Delman Indah Tanah Kusir Kebayoran Lama, Jakarta Selatan”. Saya berada di Polda Metro Jaya, Selasa (7 September 2024).

Pengendara sepeda motor pun tampak tak ketinggalan kehadiran mobil patroli polisi yang membawa ETLE Mobile. Tak hanya itu, beberapa pengendara sepeda motor bahkan tidak memakai helm. Maka tak heran jika tiket langsung dikirim ke alamat rumah Anda.

Sebelumnya, Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman mengatakan, dalam satu bulan, sekitar 10 juta pengemudi terdeteksi melakukan pelanggaran lalu lintas melalui ETLE.

DetikNews mengutip pernyataan Latif: “Satu bulan, ETLE kami mengalami 10 juta pelanggaran dalam satu bulan.”

Namun Latif tidak merinci jenis kendaraan yang melakukan pelanggaran lalu lintas tersebut. Namun, dia meyakini jumlah tersebut merupakan akumulasi dari ratusan kamera pengintai yang tersebar di jalanan Jakarta.

Ketua Presidium Badan Pengawasan Lalu Lintas Indonesia (ITW), Edison Siahaan mengatakan, banyaknya pelanggaran lalu lintas yang terekam kamera ETLE di Jakarta menjadi bukti masih rendahnya ketertiban lalu lintas. Di sisi lain, besaran denda yang dipungut negara juga sangat besar.

“Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdapat 45 pasal terkait ketentuan pidana penjara atau denda. Denda tertinggi pada Pasal 273 ayat 3 disebutkan Rp 120 juta dan denda minimum pada Pasal 299 adalah Rp100 ribu. Jika jumlah pelanggar di Jakarta mencapai Rp10 juta per bulan dengan minimal denda Rp100 ribu, maka total Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari denda lalu lintas mencapai Rp1 triliun/bulan. Pendapatan ini semata-mata berasal dari penyusunan 127 ETLE statis dan 10 ETLE mobile,” kata Edison dalam keterangan tertulis yang dikutip, Senin (7 Agustus 2024).

Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan, lanjut Edison. Sebab, di tengah hiruk pikuk lalu lintas yang berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan, justru menghasilkan pendapatan Rp 1 triliun per bulan.

ITW menilai jumlah 10 juta pengemudi dengan berbagai jenis pelanggaran mulai dari melawan arus, melanggar rambu, tidak memakai helm, memakai sabuk pengaman… merupakan bukti nyata bahwa pengetahuan tentang ketertiban lalu lintas masih sangat rendah. Kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas belum berkembang dengan baik.

“Kami juga kembali menegaskan bahwa penegakan hukum secara luas belum memberikan dampak yang signifikan terhadap upaya mewujudkan Kamseltibcarlantas (keselamatan, keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas). Kita harus segera menilai apakah kebijakan dan upaya yang telah dilakukan selama beberapa waktu masih efektif? sudah berlangsung lama namun tidak berdampak pada pelaksanaan Kamseltibcarlantas,” ujarnya.

Lanjutnya, “Apabila berbagai pelarangan dan penindakan yang dilakukan tidak memberikan efek jera, seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggar, maka akan timbul kesan bahwa penindakan tersebut hanya bertujuan untuk mengisi pundi-pundi PNBP bidang denda lalu lintas. ”. . Tonton video “Video Pengendara Sepeda Motor Nekat Mengemudi Salah Arah di Jalan Tol MBZ” (rgr/din)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *