Jakarta –

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mendukung pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam KWT Cahaya Suci melalui program pemberdayaan BRI My Life Kulaster.

KWT Cahaya Suci pertama kali didirikan pada tanggal 22 Desember 2018. Saat ini anggota perempuan yang tergabung dalam KWT Cahaya Suci berjumlah 39 orang. Anggotanya adalah ibu-ibu rumah tangga di Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali.

Untuk memberdayakan anggota KWT Cahaya Suci, BRI mengadakan serangkaian pelatihan dan workshop untuk meningkatkan keterampilan. Terutama dalam pengolahan dan pemasaran produk.

“Kami mendapat bantuan dan pelatihan. Kami mendapat informasi kemasan yang bagus seperti apa. Kami juga mengenal pembayaran digital melalui BRImo. Kami lebih mudah dan transaksinya aman. Kami juga membantu pemasaran untuk mencari konsumen. KWT- Anggota sekaligus penyelenggara Cahaya Suci sa Made Sri Hal itu terjadi melalui “kegiatan pasar yang diatur BRI,” kata Agastya dalam keterangan tertulis, Selasa (12/11/2024).

Agastya mengungkapkan, hampir seluruh anggota KWT Cahaya Suci berlatar belakang petani. Selain kesibukannya sebagai petani, mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dengan mengolah berbagai jajanan berbahan dasar buah kemiri. Dari situlah KWT Cahaya Suci mulai berkembang dan mampu memberdayakan perempuan lain di desanya.

“Yang jelas saya tidak punya lahan, jadi kadang saya beli kemiri di pasar atau beli langsung dari petani dan diolah menjadi makanan ringan,” lanjutnya.

Ia bercerita, awalnya ia hanya mengolah 5 kg kacang keplo untuk dijual ke warung di delapan banjar (desa). Pasalnya, jajanan ini sederhana dan banyak masyarakat daerah yang menyukai kacang. Selain itu, kacang tanah juga menjadi salah satu isian sesaji atau sesaji bagi umat Hindu di Bali.

Kacang keplos Bali KWT Cahaya Suci berbeda dengan jenis kacang lainnya, memiliki dua rasa, manis dan pedas, dengan tekstur renyah dan asin.

“Kacang keplos merupakan salah satu jenis kacang merah yang digoreng dengan minyak berkualitas. Kulitnya diayak beberapa kali dan minyaknya dikeluarkan dengan alat spinner,” ujarnya.

“Kami produksi sekali produksi 25 kg dan dalam waktu 3 hari pasti ludes. Biaya produksi yang kami keluarkan sekitar Rp 1,25 juta sudah termasuk listrik dan bahan baku. Pendapatan yang kami peroleh sekitar Rp 1,7 juta dan ini adalah Keuntungan yang kita dapat untuk cicilan KUR setiap bulannya kita manfaatkan, lanjut Agastya.

Ia berharap BRI dapat terus memberikan edukasi lebih lanjut mengenai pengemasan dan pemasaran. Dengan cara ini, KWT Cahaya Suci dapat tumbuh dan berkembang serta menghasilkan inovasi-inovasi baru. Agastya juga berharap para anggota KWT Cahaya Suci dapat bersinergi untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menyampaikan bahwa My Life Cluster merupakan klaster usaha yang dibentuk berdasarkan usaha sejenis dalam satu bidang. Program ini bertujuan untuk menciptakan keakraban dan persatuan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

Hingga akhir Juli 2024, BRI mencatat terdapat 31.488 klaster usaha yang tergabung dalam program My Life My Cluster. BRI juga menyelenggarakan 2.184 sesi pelatihan dalam program My Life Cluster.

Supari menambahkan, program Klaster Hidupku merupakan salah satu bentuk strategi yang mengedepankan pemberdayaan.

“Secara keseluruhan, Strategi Usaha Mikro BRI 2024 akan fokus pada pemberdayaan sebelum pembiayaan. Sebagai bank yang berinteraksi dengan pelaku UMKM, BRI memiliki kerangka kerja yang mencakup tahap integrasi akar rumput hingga interkoneksi.” (acn/milik)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *