Jakarta –

Bahaya bisphenol A (BPA) masih menjadi perdebatan di masyarakat. Salah satu bahaya BPA adalah pengaruhnya terhadap kesehatan reproduksi wanita, bukan?

Seperti yang Anda ketahui, BPA merupakan bahan kimia yang biasa ditemukan pada produk plastik seperti botol minuman, wadah makanan, pelapis kaleng, dan galon yang dapat digunakan kembali. Jika galon terkena panas atau digunakan berulang kali, BPA dapat larut ke dalam air yang Anda minum setiap hari.

Meskipun penggunaannya dalam jangka panjang, terdapat kekhawatiran yang semakin besar mengenai dampak kesehatan dari paparan BPA, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi perempuan.

Pengaruh BPA terhadap kesehatan reproduksi

Penelitian menunjukkan bahwa BPA dapat berdampak negatif terhadap kesehatan reproduksi baik pada pria maupun wanita. Pada pria, BPA dapat mempengaruhi kualitas sperma dan menurunkan libido. Sedangkan pada wanita, hasilnya mempengaruhi kesuburan. Banyak peneliti yang sering mengaitkan efek senyawa BPA terhadap struktur dan fungsi estrogen.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ewha Women’s University Mokdong Hospital di Korea Selatan, paparan BPA dikaitkan dengan infertilitas dan rendahnya cadangan ovarium (DOR) pada wanita.

Sebuah penelitian terhadap 307 wanita Korea menemukan bahwa risiko infertilitas lebih tinggi pada kelompok dengan paparan BPA tertinggi. Odds rasio (OR) pada penelitian ini mencapai 4,248; Angka tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara paparan BPA dengan gangguan kesuburan.

Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BPA mungkin berperan dalam mengurangi cadangan ovarium, yang mempengaruhi kemampuan wanita untuk hamil. Dampak BPA terhadap kesuburan menjadi perhatian khusus bagi wanita yang ingin memiliki anak atau mengalami kesulitan untuk memiliki anak.

BPA dan bahaya kesehatan lainnya

Selain berdampak pada kesuburan, paparan senyawa BPA juga dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko penyakit lain seperti kanker serviks dan sindrom ovarium polikistik (PCOS). Sebuah studi tahun 2022 di Journal of Clinical Medicine menemukan bahwa paparan BPA dikaitkan dengan penurunan kadar hormon anti-Müllerian (AMH), yang merupakan indikator utama cadangan ovarium (MDPI).

Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Baluch dan Rumbeiha pada tahun 2016 menunjukkan bahwa BPA dapat menyebabkan perubahan positif pada ovarium manusia seperti proliferasi tuba progresif, endometriosis, hiperplasia endometrium kistik, atau kista ovarium.

Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan efek BPA pada kista ovarium. Namun, beberapa temuan di atas telah mendorong para ahli untuk merekomendasikan agar perempuan meminimalkan paparan terhadap BPA.

Ada banyak cara yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi paparan BPA, seperti memilih produk bebas BPA dan memastikan produk plastik yang Anda gunakan berlabel “Bebas BPA”. Khususnya untuk wadah makanan dan botol minum.

Anda bisa memilih alternatif wadah plastik berbahan kaca atau stainless steel, terutama untuk menyimpan makanan panas. Hindari juga penggunaan plastik dengan kode 3 dan 7, karena jenis plastik dengan kode tersebut biasanya mengandung BPA, jadi sebaiknya pilih plastik dengan kode aman lainnya.

Para wanita yang terkasih, jika Anda menyadari semua risiko paparan BPA, Anda dapat mengurangi paparan BPA dalam kehidupan sehari-hari dan dengan demikian mencegah dampak buruknya terhadap kesehatan Anda. Datang dan pilih tindakan yang tepat untuk kesehatan Anda. Tonton video “BPOM Kini Wajibkan Pelabelan BPA pada Galon Air Minum Dalam Kemasan” (ega/ega)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *