Jakarta –

Kalau bicara Bisphenol A atau BPA, kemasan plastik untuk makanan atau minuman biasanya tidak salah, namun nyatanya penggunaan BPA dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih luas.

Menurut buku Cara Memahami BPA dengan Benar, BPA pertama kali diciptakan pada tahun 1891 dan sejak saat itu telah diproduksi secara massal untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam industri polimer, BPA merupakan bahan penting dalam produksi plastik polikarbonat (PC).

Sebagai bahan plastik BPA mampu menahan suhu -40 hingga 145 derajat Celcius, kuat, keras dan tahan terhadap berbagai kondisi. Hal ini menjadikannya populer sebagai bahan untuk produksi produk yang berhubungan dengan makanan.

Namun jika ada anggapan bahwa BPA hanya terdapat pada kemasan galon saja. Asumsi itu tidak benar. Pernahkah Anda makan makanan kaleng? Pelapis logam yang digunakan pada wadah makanan menggunakan resin epoksi yang juga menggunakan BPA sebagai bahan bakunya.

Penggunaan resin epoksi berbahan dasar BPA pada pelapis logam kemasan makanan dimaksudkan untuk mencegah korosi dan reaksi bahan kemasan dengan makanan yang dikemas.

BPA juga digunakan sebagai penstabil dan antioksidan dalam produksi plastik polivinil klorida (PVC) dan dalam pembuatan pasta gigi untuk melapisi gigi agar tidak membusuk. Ada juga kertas thermal yang biasa disebut kertas kwitansi atau kertas invoice yang dibuat menggunakan BPA.

Padahal BPA sudah ada sejak lama dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga ditonjolkan oleh dr Aditiwarman Lubis, MPH, pakar kesehatan dari Lembaga Penelitian Ikatan Dokter Indonesia, dalam diskusi forum pimpinan detikcom baru-baru ini.

“BPA tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Mau tidak mau, disadari atau tidak, BPA harus kita hadapi,” kata Dr. Adit, sapaan akrabnya.

“Nah yang perlu diperhatikan dalam paket ini adalah apa yang disebut batasan keamanan. Dan ini diatur oleh badan pengatur. Dalam hal ini Badan POM.

Akhmad Zainal Abidin, pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan migrasi BPA tidak terjadi pada partikel yang berubah menjadi plastik keras. Migrasi terjadi ketika 100% partikel BPA yang tidak bereaksi terkena kondisi lingkungan seperti panas di atas 70°C.

“Kadang-kadang dalam reaksi plastik tidak bereaksi 100 persen, sehingga masih ada residu.” Profesor Akhmad menjelaskan.

Kekhawatiran terhadap paparan BPA Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan menetapkan tingkat migrasi BPA tersebut di atas sebesar 0,6 bagian per juta (bpj) atau 600 mikron. Sementara itu, migrasi BPA dari wadah plastik sehari-hari diperkirakan terjadi tidak lebih dari 2 nanogram per konsumsi.

Anguis Institute for Health Education memperkirakan paparan BPA maksimal yang terjadi ketika seseorang meminum 2 liter air adalah 6 ng/kg berat badan per hari. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tingkat keamanan yang direkomendasikan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) sebesar 4 mikrogram/kg. Berat badan per hari atau 4.000 nanogram/kg/hari.

Simak video “BPOM Kini Wajibkan Pelabelan BPA pada Air Minum Galon” (atas/bawah)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *