Jakarta –
Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mempertanyakan perlunya menara base transmitter station (BTS) untuk menyediakan layanan telekomunikasi setelah masuknya Starlink di Indonesia.
“Itu tadi pertanyaan saya, apakah kita mau pakai (BTS-red)? Yakin Merza ditemui awak media di sela-sela acara Smartfren Run di Jakarta, Jumat (7/6/2024?” ).
Sebagai operator seluler, Smartfren mengandalkan BTS untuk memperluas jaringannya di berbagai wilayah Indonesia. Penambahan infrastruktur tersebut untuk meningkatkan kualitas layanan telekomunikasi dan data bagi pelanggan seiring dengan semakin berkembangnya kebutuhan digital pelanggan.
Sedangkan Starlink juga merupakan penyedia telekomunikasi, bedanya hanya menggunakan satelit low earth orbit (LEO). Layanan berbasis satelit ini memiliki keunggulan dari segi cakupan wilayah, namun jangkauannya terganggu karena faktor cuaca.
Merza mengatakan untuk pemerataan akses Internet di Indonesia diperlukan teknologi baru, salah satunya Starlink.
“Indonesia itu besar, besar. Ini bukan masalah, bisnis itu yang namanya kompetisi. Starlink punya dua lisensi, untuk VSAT dan ISP, jadi harapannya dengan dua lisensi ini seluruh wilayah Indonesia bisa bebas dari internet saat ini. . . . Artinya, siapa pun, di mana pun. “Kalau mau berlangganan online, ada solusinya,” kata Merza.
Selain itu, ketika Direct to Cell Starlink masuk ke Indonesia, Merza berharap pemerintah bisa lebih adil karena operator seluler sudah menginvestasikan ratusan triliun untuk menyediakan akses Internet.
“Sekarang ada solusi lain (Starlink), tumbuh bersama, ini misi kita agar tidak ada yang rusak,” kata Merza.
Diberitakan sebelumnya, seperti dikutip detikfinance, Menteri Koordinator Kelautan dan Perikanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Starlink memudahkan masyarakat mengakses internet untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Hal inilah yang meyakinkannya bahwa dirinya tidak lagi membutuhkan BTS.
Tidak perlu BTS, orang sudah punya Starlink, kata Luhut dalam talkshow di Global Tower, Jakarta Pusat, Selasa (4/6/2024).
Di sisi lain, Luhut mengatakan pemerintah pada hakikatnya memberikan ruang persaingan antar perusahaan telekomunikasi nasional global, bahkan perusahaan telekomunikasi pelat merah. Sebab melalui persaingan, perusahaan saling meningkatkan kapasitas untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
“Sebenarnya kami ingin memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang, saya kira ini juga akan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat luas, siapa yang lebih diuntungkan? Komunitas, bukan? Jika Anda tidak bisa bersaing, itu salah Anda. Tugasnya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” tutupnya. Saksikan video “Terancam Starlink, Operator Seluler Balikkan Peruntungan”