Jakarta –
Gaji para manajer di perusahaan-perusahaan besar Tiongkok telah turun. Menurut penelitian terhadap lebih dari 5.000 laporan tahunan, hal ini terjadi karena profitabilitas perusahaan terdampak oleh melemahnya perekonomian Tiongkok.
Menurut South China Morning Post, Senin (3 Juni 2024), rata-rata gaji tahunan para eksekutif perusahaan tercatat di Tiongkok turun tahun lalu untuk pertama kalinya dalam dua dekade.
Kajian Shanghai Rongzheng Enterprise Consulting Service Group menemukan rata-rata gaji bos pada tahun lalu adalah 1,66 juta yuan atau $229.000 atau setara Rp3,7 miliar (kurs Rp16.244), turun 3,27% dibandingkan tahun 2022.
Kemudian, di tingkat bawah, yaitu ketua departemen, gajinya turun 3,32% dari tahun 2022 menjadi 1,32 juta yuan pada tahun 2023. Sementara itu, gaji CEO, sekretaris, dan CFO masing-masing turun sebesar 3,46% dan 1,12%. dan 3,82%.
Eksekutif dengan bayaran tertinggi tahun lalu adalah Li Ge, ketua perusahaan bioteknologi WuXi AppTec, yang memperoleh sekitar 42 juta yuan sebelum pajak, hampir sama dengan pendapatan pada tahun 2022.
Li Bin, kepala pembuat peralatan medis Mindray Bio-Medical, adalah eksekutif dengan bayaran tertinggi pada tahun 2022 dengan gaji 86,5 juta yuan, tetapi mengalami pemotongan gaji hampir 70% pada tahun lalu.
Penurunan upah secara keseluruhan mencerminkan pola stagnasi atau penurunan upah yang lebih luas di Tiongkok selama setahun terakhir. Kondisi ini terjadi ketika dunia usaha di negara tersebut menghadapi kemerosotan ekonomi dan kondisi pasar yang bergejolak selama tiga tahun berturut-turut.
Sejak 1999, Shanghai Rongzheng Enterprise Consulting Service Group sendiri telah melacak gaji para eksekutif perusahaan tercatat di Tiongkok. Hasil tersebut diperoleh dari laporan tahunan 5.326 emiten yang dipublikasikan pada 30 April. (apa saja/kilogram)