Jakarta –
Impor beras tahun ini mencapai 5 juta ton, namun Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menolak.
Adi memperbarui angka impor beras tahun 2024. Ia mengatakan, impor tahun ini tidak mencapai 5 juta ton, melainkan hanya 3,6 juta ton.
“Enggak, ada penyesuaian. Bulog sebenarnya 3,6 juta ton, lalu ada 300 ribu ton, kalau tidak salah datang tahun ini (kuota 2023),” ujarnya kepada detikcom. , ditemukan di DPR RI, Selasa (25/6/2024).
Impor tersebut untuk mengisi Cadangan Pangan Negara (CPP) dan memperkuat Penguatan Cadangan Pangan Daerah (CPPD) untuk mengurangi selisih harga kekosongan beras di daerah.
Arief mengatakan, impor beras jenis khusus juga ada, namun jumlahnya tidak banyak. Impor beras khusus tidak termasuk dalam pekerjaan Perum Bulog.
Ditegaskannya, “Kemudian ada beras khusus yang diimpor, berbeda seperti beras basmati, tidak seberapa, kebutuhan dunia hanya 3,6 juta ton (kuota 2024).”
Pak Arief mengatakan, pemerintah tidak terlalu mementingkan impor produk beras. Produksi dalam negeri tetap menjadi prioritas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.
Namun, menurut dia, rencana impor produk harus dilakukan jika produk dalam negeri mengalami penurunan. Untuk itu, Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) diperlukan untuk mengendalikan harga jika terjadi kenaikan.
“Ini kita pesan untuk cadangan pangan. Lihat grafiknya produksinya menurun. Kalau produksinya menurun, kita masih perlu early warning system ya? Kita akan tahu 2 sampai 3 bulan ke depan,” ujarnya. Itu sistem peringatan dini, bagus, jangan khawatir, itu tidak akan cukup “Tadi kita bilang mau impor, wah, lama sampainya, lama downloadnya.” dia menjelaskan.
Sebelumnya, Plt Sekjen NFA, Bapak Sarwo Edhy menyampaikan bahwa impor pemerintah pada tahun ini mencapai 5,18 juta Ton. Hal itu disampaikan dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, Senin (24/6).
“Harus kami jelaskan, sampai saat ini jumlah beras yang diimpor dari luar negeri sebanyak 1.774.904 ton, jadi ada sekitar 1,77 juta ton dan rencana impor pada Mei hingga Desember sesuai kesepakatan rapat koordinasi adalah 3,4 juta ton. Dalam setahun kita akan mengimpor “sekitar 5,18 juta ton, asalkan tidak diimpor saat panen raya,” kata dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, mengutip YouTube Kementerian Dalam Negeri, Selasa (25). /6). /2024).
Edhy menjelaskan, impor penting dilakukan karena perkiraan hasil beras tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Pada masa panen Januari hingga Juni 2024 saja tercatat mengalami penurunan.
“Estimasi produksi tahun 2024 hanya mencapai 31,5 juta ton, belum termasuk banjir, kekeringan, musuh tanaman, dan penyakit, jika terjadi maka akan turun lagi sebesar 31,5 juta ton, karena pada bulan Januari hingga Juni. Periodenya 2024 dibandingkan periode “Jadi Januari-Juni 2023 kita saat ini defisit 2,4 juta ton. Harapkan impor karena impor itu bukan produk haram dan terjadi juga jika produksi dalam negeri tidak ada,” tutupnya. . (kuna / das)