Jakarta –
Sebuah penelitian yang diterbitkan di JAMA menemukan bahwa wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal, seperti alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), lebih mungkin terkena kanker payudara. Situasi ini menimbulkan ketakutan pada masyarakat, khususnya perempuan.
Menanggapi hal tersebut, SpOG Dokter Kandungan dan Kebidanan Dr. Fedrik Monte Cristo tak memungkiri bahwa IUD hormonal dapat meningkatkan risiko kanker. Namun, dia menegaskan, masih banyak faktor lain juga.
“Jadi bukan berarti kalau pakai (IUD Hormonal) langsung kena kanker payudara, no.
Tapi pasti ada faktor lain seperti genetik. Faktor alam seperti pola hidup yang buruk, seringnya konsumsi makanan yang mengandung zat karsinogenik seperti demam meningkatkan risikonya, lanjutnya.
Dr. Fedrik, Penggunaan kontrasepsi hormonal IUD jarang terjadi di Indonesia. Pemerintah ingin menyediakan IUD non hormonal melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
“Kebanyakan dari kita punya KB, itu yang diberikan pemerintah secara gratis. Namanya Copper T dari BKKBN. Tidak ada kadar hormon di dalamnya,” ujarnya.
Dr. Fedrik mengimbau masyarakat tidak terlalu takut dengan perdebatan IUD. Sebab IUD merupakan salah satu Alat Pengendalian Kelahiran Jangka Panjang (MKJP) yang direkomendasikan pemerintah, selain implan.
“Jadi kedua metode KB ini sangat baik dari segi efektivitas dan penggunaan jangka panjangnya,” ujarnya.
Namun, tidak semua wanita dapat memenuhi syarat KB spiral baik hormonal maupun non hormonal.
“KB hormonal adalah pilihan yang bagus, tidak disarankan bagi wanita yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi, obesitas, hipertensi, misalnya,” ujarnya.
“Tidak dianjurkan bagi wanita yang memiliki riwayat penyakit panggul atau keputihan,” tutupnya. Tonton video “Video: Saran Dokter Saat Terbaik Mendeteksi Kanker Payudara Sejak Dini” (dpy/up)