Jakarta –

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengapresiasi kepiawaian warga Indonesia dalam bermedia sosial. Namun, ia menegaskan, kegiatan bermanfaat tersebut tidak boleh membawa masyarakat pada hal buruk dan menjadi seperti Gunawan Sadbor.

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengatakan ada beberapa prinsip yang berisiko jika seseorang berkreasi di platform digital. Selain itu, menurutnya, sebagian besar yang dibagikan kepada masyarakat mengandung hal-hal yang tidak baik.

Jadi kita melihat pentingnya literasi digital ya, agar produsen bisa untung, dan bisa memberikan informasi yang aman dan berkualitas kepada masyarakat, kata Nezar di Hotel Movenpick Jakarta City. Pusat, Jakarta, Rabu (6 November 2024).

Penjelasan Nezar ini bertepatan dengan pidatonya pada Seminar Digitalisasi Penyiaran 2025-2029: Tren Respons Media Penyiaran, Teknologi, Bisnis dan Kebijakan di Hotel Movepick Jakarta Pusat Kota. Ia menjelaskan bagaimana revolusi digital mempengaruhi industri penyiaran.

Menurutnya, masyarakat saat ini sedang mengalami penyebaran yang luar biasa. Jadi masyarakat tidak hanya mengonsumsi konten di TV atau radio, tapi juga dari platform digital lainnya.

“Hasilnya adalah lembaga penyiaran harus beradaptasi dengan metode baru,” kata Nezar.

Selain itu, ia mengaku konten baru yang dibagikannya sudah penuh. Pasalnya, pengguna digital bisa membuat konten atau membuat konten yang mereka sukai.

Jadi, menurut dia, saat ini sulit untuk mengikuti kekuatan apa pun. Pasalnya, kata Nezar, saat ini siapa pun bisa menjadi penyiar.

“Anda tinggal di desa yang listriknya mungkin rendah, tapi banyak hal yang diciptakan oleh orang-orang yang tinggal di luar. Nah, mari kita lihat platform TikTok, menurut saya menarik sekali. Ada banyak sekali pembuat konten, bukan? “Orang biasa seperti itu. Mereka bisa menemukan jutaan penonton dan keterampilan mereka beragam,” kata Nezar.

Nezar mengatakan hal tersebut, belum lagi streaming yang bisa ditonton ribuan orang dari penciptanya. Berbeda dengan pemirsa televisi yang dikelola dan dikelola oleh karyawan berusia 30 atau 40 tahun.

Jadi ini hanya satu orang yang menggunakan satu platform. Katakanlah TikTok yang saat ini sangat populer dan bisa mendapatkan banyak penonton, ujarnya.

Untuk diketahui lebih lanjut, Gunawan Sadbor merupakan seorang TikToker. Mereka kini diduga mempromosikan perjudian online. Selain Gunawan, ada satu pelaku live yang juga ditetapkan sebagai tersangka.

Gunawan merupakan produser yang terkenal dengan tari Sadbori. Warga Desa Babakan Baru, Desa Bojongkembar, dan Cikembar Kabupaten Sukabumi menarikan tarian tradisional “Nasi Setelah Hidup Solusi”. Tonton video “Video desa TikToker di Sukabumi ditinggalkan setelah polisi menangkap ‘Sadbor’ Gunawa” (hps/fay)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *