Jakarta –
Presiden Perum Bulog Bayu Krisnamurthi memberikan kabar terkini mengenai arah penyediaan beras bagi masyarakat di Kamboja. Bayu mengatakan pihaknya telah mengirimkan tim untuk melakukan kajian serius terhadap usulan tersebut.
“Kami telah melakukan diskusi dengan banyak negara asing, termasuk dari dunia usaha Kamboja dan negara-negara tetangga yang pernah berbisnis dengan Kamboja,” ujarnya dalam jumpa pers di kantor pusat Perum, Jumat (30/08/2024).
Namun, ada banyak alasan mengapa rencana tersebut tidak terlaksana. Menurut Bayu, banyak alasan yang membuat Bulog khawatir.
“Pertama, ternyata kapasitas produksi Kamboja tidak besar, kalau dibandingkan misalnya Indonesia, Thailand, atau Vietnam, tidak besar. Ada (produksinya), tidak sedikit, ada, tapi tidak besar,” jelasnya.
Menurut Bayu, dalam hal pembelian sebaiknya memikirkan skala ekonomi atau harga bagus yang akan diperoleh perusahaan ketika meningkatkan produksi dan memperluas operasinya.
Kemudian yang kedua, ternyata infrastruktur yang dapat menunjang proses produksi di Kamboja dinilai masih langka, seperti pelabuhan dan jalan yang menjadi titik pengiriman barang.
“Ada yang rencananya akan dibangun, tapi sekarang sudah tidak ada. Maksud saya pelabuhan, jalan, kelistrikan, itu hal-hal yang sangat penting bagi industri perberasan,” jelasnya.
Bayu mengatakan kekhawatiran ketiga adalah hubungan Kamboja dengan negara tetangganya yang sangat kuat, terutama dengan Vietnam. Dengan kata lain, selama ini produksi padi atau pertanian dikaitkan dengan Vietnam.
“Jadi kalau kita ke sana, kita akan bertemu dengan persaingan mereka yang sudah kuat. Situasi ini juga perlu kita kaji, terutama jika melihat produk yang tersedia, sehingga Vietnam sangat penting bagi Indonesia,” ujarnya.
Bayu mengatakan, karena berbagai alasan, pihaknya masih mempertimbangkan perluasan perdagangan beras di Kamboja.
“Dengan yang belum kita lihat, kalau kita masuk ke sana, berapa besar investasinya, kita belum lihat gambarannya. Jadi kami akan tetap mencoba melihat kemungkinan-kemungkinan tersebut dan menjajakinya,” jelasnya.
Di sisi lain, kata dia, beras Kamboja sangat populer di kalangan konsumen Indonesia. Bayu mengatakan, pengalaman Bulog ingin mengimpor barang ke Kamboja dan harganya bisa bagus.
“Tingkat produksi industri, kapasitas produksinya masih sangat tinggi. Karena manajemennya belum terlalu kuat, jadi masih banyak ruang untuk pengembangan di produksi,” kata Bayu.
Bayu sebelumnya mengatakan, tujuan pembelian tersebut adalah untuk memastikan operasional Indonesia aman saat harus mengimpor beras.
“Jadi kalau di Kamboja, sekarang kita sudah beli dari Kamboja. Jadi Pak Presiden, maukah kami bisa menyediakannya? Karena kami selalu takut saat mengimpornya. Ya, tutup saja. 2024).
Sekadar informasi, rencana Indonesia melalui Perum Bulog mengakuisisi pabrikan asal Kamboja diumumkan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Luhut Binsar Panjaitan. Ia mengaku diberi pekerjaan baru oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengurus rencana akuisisi perusahaan beras di Kamboja.
Luhut mengumumkan langsung proyek ini saat memberikan pidato di acara HIPMI di Hotel Fairmont, Senin (9/6/2024).
“Sementara Bulog akan mendapatkan lebih banyak sawah di Kamboja. Presiden suruh saya ikuti dan kita ikuti, sekarang kita tinggal ikuti dengan tekun,” kata Luhut.
Simak Videonya: Luhut Ditunjuk Jokowi Jadi Bulog Akuisisi Perusahaan Beras di Kamboja
(semua/kil)