Jakarta –
Pendapatan petani di Indonesia berada di bawah rata-rata Bank Dunia. Badan Pangan Nasional membantah informasi tersebut.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, berdasarkan rilis terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) ‘Sensus Pertanian 2023 II. pendapatan rata-rata fase per usaha pertanian di Indonesia Rp; 66,82 juta per tahun.
Sementara itu, berdasarkan data Penelitian Pertanian Terpadu (SITASI) tahun 2021, rata-rata satu unit usaha pertanian menghasilkan pendapatan sebesar Rp 15,41 juta per tahun. Artinya rata-rata pendapatan setiap pekerja pertanian meningkat lebih dari 4 kali lipat.
“Kami bersyukur kepada Badan Pangan Nasional, pendapatan petani kami masih terjaga dengan baik dan meningkat dari tahun ke tahun. Kami yakin ekosistem pangan yang dibangun dari hulu hingga hilir akan berjalan dengan baik. Jika produktivitas petani terus meningkat, kita akan mampu memenuhi kebutuhan kita, katanya dalam pernyataannya, “mewujudkan konsumsi pangan dalam negeri untuk memperkuat kemandirian pangan bangsa.” 2024).
BPS juga mencatat pada tahun 2023, 68,10% dari seluruh usaha pertanian di Indonesia akan masuk dalam kategori petani kecil. Petani kecil di Indonesia memperoleh PPP (Purchasing Power Parity) sebesar USD 8,50 per USD 1 PPP, yang setara dengan Rp 5.239,05, yang setara dengan Rp 44.507 per hari kerja.
Sebaliknya, pada tahun 2023, petani yang tidak tergolong petani kecil akan mempunyai pendapatan sebesar USD 368,34 PPP atau setara Rp 1.929.764 per hari.
“Berdasarkan hasil SITASI, pada tahun 2021 petani kategori ini memperoleh pendapatan PPP sebesar USD 106,54 atau Rp 506.983. pada hari kerja.
Arief mengatakan peningkatan pendapatan petani disebabkan oleh upaya pemerintah dalam menyalurkan jatah beras dan mendukung upaya pemerintah menjaga kesejahteraan petani setempat.
Sebab, Bulog bertanggung jawab mendapatkan beras dari petani lokal. Hingga tahun 2022, pelaksanaan penyerapan beras dalam negeri oleh Bulog terus mengalami kemajuan.
“Kami menjaga kesejahteraan pemerintah dan petani lokal. Bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional, Bulog, kami membantu petani menyerap produksi beras dan menyalurkan berbagai program intervensi termasuk bantuan pangan beras seperti saat ini,” jelas Arief.
“Penyerapan beras lokal Bulog semakin meningkat. Grafiknya 994.000 ton pada 2022 dan 1 juta ton pada 2023. Jadi tahun ini hingga minggu ketiga September hanya 908.000 ton. Kami optimistis serapan Bulog bisa terus meningkat hingga akhir tahun 2024,” tutupnya.
Mantan Indonesia dan Timor Timur; Carolyn Turk dari Bank Dunia menyoroti kesejahteraan petani Indonesia. Pada Konferensi Beras Internasional Indonesia (IIRC) Kamis (19/09/2024) lalu, ia menjelaskan pendapatan petani kurang dari US$1 per hari atau setara Rp. 15.207.
Artinya pendapatan petani per tahun hanya berkisar USD 341 atau diperkirakan Rp 5 juta. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2023 yang mencapai Rp 75 juta per tahun.
“Kami melihat pendapatan sebagian besar petani berada di bawah garis kemiskinan, seringkali di atas upah minimum. Menurut Survei Pertanian Terpadu Biro Statistik Nasional tahun 2021, pendapatan rata-rata petani kecil adalah “Kurang dari $1 per hari atau $341 per tahun,” kata Carolyn Turk.
‘Ma’ruf: Kepedulian Sosial untuk Petani, Petani Saksikan Juga Video ‘Pentingnya Bayar PKL’.
(ada/rd)