Jakarta –

Read More : Sambut Arus Mudik, MIND ID Sediakan 14 Rest Area di Jalur Jawa-Sumatera

Di Silatan, Jakarta Timur, satu per satu warga bantaran Sungai Silung meninggal dunia, meninggalkan rumahnya dalam keadaan kosong dan terbengkalai. Keadaan ini membuat kawasan tersebut begitu damai sehingga diberi nama “Desa Zombi”.

Direktur RT 06 Noor Hidayat mengatakan, rumah-rumah tersebut ditinggalkan pemiliknya karena kawasan tersebut sering terendam banjir. Sayangnya, karena rumah-rumah tersebut sering terendam banjir, sayangnya tidak terjual dan akhirnya dibiarkan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

“(Rumah-rumah kosong) tinggal di sana. Mereka tidak menjualnya karena banjir (orang akan membeli). Banjir memaksa mereka yang selamat (tinggal di desa zombie) karena mereka punya rumah sendiri dan mereka tidak mampu membelinya. mau pindah ya,” kata Noor saat ditemui Detekcom, Rabu (19 Juni 2024).

Faktanya, pemilik rumah telah berusaha menjual rumah bekas mereka dengan harga yang sangat murah. Meski rata-rata harga tanah di kawasan ini 6,5 juta meter persegi, namun ketika ditawarkan dijual 2,5 juta meter persegi, tidak ada yang mau.

“Iya ditawarkan tapi tidak ada yang mau, itu 6,5 juta per meter persegi sesuai NJOP (Nilai Jual Objek Pajak), kami tawarkan Rp 2,5 juta per meter persegi, tetap tidak laku,” jelasnya. .

Karena itu, Noor dan warga lainnya kerap mengadukan situasi banjir ini kepada pemerintah daerah melalui Kantor Desa Cilita. Namun, satu-satunya solusi yang bisa diberikan adalah dengan memindahkan penghuninya ke apartemen terdekat.

Pasalnya, pemerintah daerah tidak bisa memberikan kompensasi kepada warga setempat atas pembebasan lahan tersebut karena Kampung Zombie tidak masuk dalam kawasan Program Normalisasi Sungai Ciliwung. Diakui Noor, meski mendapat kompensasi kecil dari pemerintah kota, warga pasti akan setuju pindah.

“Iya pemerintah mau lihat pemekaran, kita sudah bagi, tapi mereka bilang tidak mampu bayar. Tinggalkan rumah ini, sewa apartemen. Ya, tidak ada yang mau keluar seperti itu.” .

“Ini (kampung zombie) bukan program (normalisasi) River Salving, itu di Sungai Item, kita sebut saja anak Sungai Salving. pasti setuju,” tambahnya.

Ia bahkan menyebut warga sekitar akan setuju meski pemerintah daerah hanya membayar ganti rugi Rp 2-2,5 juta per meter. Pasalnya, Noor dan warga lainnya sudah sangat lelah dengan seringnya terjadi banjir.

“Kalau mau beli 2,5 juta, 2 juta saja, tentu mau pindah. Kalau apartemen cuma dikasih, disewakan, atau dicicil, tidak ada yang mau. Kalau ditukar, tidak ada uang.” , tidak apa-apa,” kata Noor.

(fdl/fdl)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *