Sukabumi –

Perpajakan liar (eksploitasi) di kawasan wisata Sukkabumi membuat wisatawan kesal. Mereka selalu punya cara baru untuk menghasilkan uang dari wisatawan.

Meski diciptakan oleh virus, namun praktik perampokan sempat hilang beberapa saat, kemudian muncul kembali dengan metode baru. Hal itulah yang dirasakan Aip Abdillah, advokat Sukabumi Travel Services.

Pada tahun 2022, Ip membuat heboh dunia pariwisata di Kabupaten Sukabumi, karena artikelnya tentang penipuan menjadi viral di dunia maya.

Dua tahun berlalu, pria yang akrab disapa Abe ini melanjutkan praktik tersebut, dengan modus berbeda.

“Baru-baru ini saya ke Siltuh tiga minggu lalu, lalu seminggu yang lalu saya ke kawasan wisata Sisolok. Masih dengan cara yang sama, (misalnya) bisa membeli tiket Sisolok menggunakan Qris, tapi tidak semua orang paham cara menggunakannya. Qris saat parkir. Harganya di lapangan segitu, elf yang saya bawa dibayar 30 ribu dolar, ada orangnya, katanya.

Abe mengaku sempat adu mulut dengan petugas yang mengeluarkan tiket masuk menggunakan Kiris karena menyebut ada kesalahan. Meski pada akhirnya Qris bisa digunakan untuk membayar.

“Dia beralasan Qris salah. Setelah berdebat, akhirnya dia bisa menggunakan Qris,” tambah Abe dalam diamnya.

Hal serupa juga dirasakan Abe saat dalam perjalanan menuju kawasan Silituh, kawasan yang disebut-sebut rawan perampokan, saat ia berbelok ke arah Silituh di pertigaan. Apalagi di bidang logistik, banyak masyarakat yang kerap meminta uang dalam jumlah kecil.

“Waktu saya mau ke Silituh di Logi, saya dikasih Rp 5 ribu. (Mobilnya) diblokir. Kalau punya mobil seperti ini, harus kasih Rp 5 ribu untuk mobil seperti ini. Saya punya dua maks. Kalau dulu supir di depan (mobil) cuma kasih uang Rp 20 ribu, katanya gak mau bantu.

“Tempat kita ke Siltuh itu bisa pada hari-hari sibuk. Jadi yang jaga biasanya keliling, tapi kemarin ada yang menghalangi mobil, kemarin ada yang memberhentikan sampai berhenti,” tambah Abe.

Abe pun mengaku kaget sesaat ketika perampokan itu viral di media sosial. Lalu ada taktik yang digunakan pelaku pungli di lokasi wisata.

“Sama seperti kemarin di Sukabumi, ini merupakan hasil yang mengejutkan sesaat. Saya masih ingat, mereka mengatakan di setiap tempat parkir di desa akan dipasang spanduk yang menyatakan besaran biaya parkir yang harus dibayar wisatawan. , Saya belum lihat (spanduknya) kalau kita hadapi pelakunya (tahun 2022) dan akan diberikan ke desa yang saya tempati, akan saya berikan, spanduk itu akan berfungsi, karena memang (masih ada perampokan) “kata Abe

Abe mengaku tidak akan mempersoalkan tarif masuk atau parkir di tempat wisata asalkan mematuhi undang-undang, pelayanan, dan peruntukan.

“Pelayanannya harus transparan, urus kendaraan yang jelas. Bukan tanggung jawab kami, terima saja uangnya dan titipkan. Misalnya di Yogyakarta, parkirannya dijaga, tidak ada tanggung jawab untuk membersihkannya,” ujarnya. .

Artikel ini muncul di detikJabar. Simak Video “KPK Tangkap 15 Tersangka Perampokan Penjara, Salah Satunya Karutan” (wsw/wsw)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *